Sayangi Hati Kita

11:08:00 AM


"Jangan butakan hati menjadi cinta yang semu, cinta yang semu"
Sebuah petikan lirik dari salah satu lagu OST Ayat-ayat cinta yang dinyanyikan oleh Sherina Munaf ini telah membawa saya kepada sebuah hal yang mungkin cukup menarik untuk dikupas. Seakan-akan kalimat tersebut memberikan peringatan kepada kita, para cucu Adam untuk senantiasa tidak membutakan hati.

"Emang hati punya mata??", mungkin pertanyaan itulah yang seakan-akan terlontar pertama kali di benak kita. Hati kita memang tidak punya mata, tapi kita manusia punya mata hati. Mata yang takkan pernah bisa melihat sesuatu yang nyata. Mata yang hanya bisa merasakan wujud maya dari sesuatu yang takkan pernah terlihat. Wujud yang tak pernah tersurat namun selalu tersirat.

Hati manusia, dalam hal ini bukan hati dalam arti yang sebenarnya yang notabene adalah salah satu organ bagian dalam manusia yang berfungsi sebagai penawar racun (waktu SMA diajarinnya gitu). Hati atau dalam hal ini mungkin bisa kita sebut sebagai sensor perasaan. Hati atau Qolbu dalam Bahasa Arab. Hati yang sering dikiaskan oleh manusia sebagai tempat bersemayamnya perasaan senang, sedih, gundah, marah, rendah hati, benci, cinta dan sebagainya. Hati yang oleh manusia sering ia curahkan ke manusia yang lain (bahasa kerennya curhat). Hati yang terkadang manusia sendiri pun tidak bisa memahami isinya. Hati yang sering manusia kotori oleh perbuatan-perbuatan yang tak terpuji. Begitulah hati, cukup sensitif memang.

Kembali mengenai hati yang buta. Mata hati manusia yang sudah digelapkan oleh berbagai hal-hal buruk adalah salah satu penyakit yang cukup mewabah di era globalisasi ini. Penyebabya, tidak lain dan tidak bukan adalah karena tingginya kebutuhan akan kenikmatan dunia semata. Betapa tidak, manusia sekarang sudah hampir mirip dengan robot. Bedanya, robot tidak punya hawa nafsu. Robot hanya bisa disuruh oleh pembuat atau pengontrol robot tersebut. Jika si pengontrol menginkan robot melakukan ini, maka ia pun akan sesegera mungkin melaksanakannya. Apalagi di jaman supergadget seperti sekarang ini, robot-robot buatan manusia makin ciamik. Makin cepat dan tanggap, makin berat juga tugas-tugasnya.

Berbeda dengan manusia. Selain manusia itu bisa disuruh oleh manusia yang lain, ternyata ada yang lebih memberikan efek besar terhadap apa yang akan manusia lakukan. Hawa nafsu yang ada pada diri manusia seperti second line controller setelah otak. Walaupun memang sebenarnya hawa nafsu juga berujung pada otak manusia. Namun kenyataanya trend masa kini hawa nafsu sudah menjadi starting lineup (udah kayak sepak bola saja). Tragedi-tragedi yang sering mencuat di media massa, entah itu media visual (baca: kanan) seperti televisi dan internet, maupun media cetak (baca: kiri) seperti koran dan majalah tak ubahnya adalah akibat uncontrolled starting lineup tadi. Nafsu akan kekayaan (baca: korupsi), nafsu akan kebebasan bertindak, nafsu akan seksualitas, nafsu akan keinginan-keinginan tak terbatas, itulah yang mungkin menjadi konsumsi kita yang hampir setiap hari bermunculan. Ironisnya itu semua terjadi di negeri kita ini.

Jelaslah mereka (orang yang telah bergelimpangan nafsunya) telah dibutakan hatinya. Mereka hanya bisa melihat sesuatu yang nyata terjadi. Alih-alih bahkan mereka tidak bisa melihat sesuatu yang nyata sekalipun, khususnya kenyataan akan kebenaran dan kebaikan. Mata hati mereka telah tertutup oleh berbagai mata-mata yang lain, yang justru membabi butakan segalanya. Semua beraromakan kejahatan, semua berwarnakan kebatilan, dan semua bertemakan keburukan.

STOP!!! Berhentilah membayangkan yang gelap-gelap. Mending membayangkan yang terang-terang saja. Bukan saatnya lagi mata hati kita dibutakan oleh hal-hal yang demikian. Daripada membayangkan bagaimana caranya korupsi, mending memikirkan bagaimana caranya bisa bersedekah sebanyak-banyaknya. Daripada membayangkan bagaimana menjajal obat-obat terlarang, mending memikirkan (sebenarnya gak usah difikirkan dulu, langsung dicoba) bagaimana nikmatnya obat hati (nama bekennya tombo ati). Daripada memikirkan bagaimana membuat kerusuhan, mending memikirkan bagaimana caranya mengumpulkan masa sebanyak-banyaknya untuk melakukan perdamaian.

Sungguh yang demikian lebih baik dilakukan supaya menjadi orang-orang yang beruntung. Bukalah mata hati kita. Tidak ada gunanya membutakan diri sendiri. Coba bayangkan bagaimana rasanya kalau kedua mata kita -mohon maaf- buta alias tidak bisa melihat. Hey, siapa yang buta?? Oh kalau begitu, yang masih tertidur segera dibangunkan. Dunia yang cerah menanti kita di depan. Lagi-lagi positivity, and always do positively menjadi pilihan terbaik. Selagi lumbung-lumbung pahala masih terhampar luas, sayangi hati kita. ^^,

You Might Also Like

0 comments