Kota di Dalam Kota

11:16:00 AM

Satu hal lagi yang menarik dari Kabupaten Brebes. Berawal dari obrolan ringan dengan sepupu dan para tetua-tetua yang lain (Ayahanda dan Pakde) membawa saya ke jurang penasaran. Penasaran benarkah adanya seperti itu? Sehingga membuat saya menginginkan menelisik lebih lanjut. Bersama sepupu saya (Lian), telah dilakukan beberapa penelisikan. Dan ternyata dari beberapa penelisikan dan narasumber yang telah ditanyai hampir menunjukkan ke arah yang benar.

Ya, Kota di Dalam Kota. Terdapat beberapa jengkal tanah Kabupaten Brebes yang berada di Kabupaten Tegal. Terletak di Desa Ujungrusi, Kecamatan Adiwerna, Kabupaten Tegal.

Kawasan yang kurang lebih berbentuk segitiga sama kaki ini terletak di tengah-tengah pertigaan Ujungrusi (Kalau ke barat ke Tegal, ke Timur laut ke pasar Ujung Rusi, ke Selatan ke Slawi atau Purwokerto). Dengan dikelilingi pagar semen dan tumbuh satu pohon beringin besar di tengah-tengah kawasan tersebut dan pohon-pohon kecil lain di sekitarnya kawasan ini ramai oleh pedagang kaki lima dan pangkalan kendaraan bermotor dan becak di sekelilingnya.



Memang tidak ada tulisan yang jelas menandakan kalau tanah ini milik Kabupaten Brebes. Menurut narasumber (Pakde Masnung) dulu pernah ada plang bertulisan Kabupaten Brebes di tepi pagar. Namun entah dicabut atau diapakan, sekarang plang tersebut tidak lagi dapat dijumpai di sana. Akan tetapi ada beberapa hal yang setidaknya bisa memberikan tanda kalau kawasan tersebut milik Kabupaten brebes.

Pertama adalah pagar disekililing tanah tersebut. Warna khas yang mentereng disepanjang pagar merupakan warna khas telur asin, hijau gimanaa gitu. Warna-warna seperti ini akan sering kita jumpai di daerah Kabupaten Brebes. Terutama menghiasi pinggiran-pinggiran jalan utama termasuk pagar-pagar bangunan yang ada di Kabupaten Brebes. Kedua adalah model lampu penerangan dan (lagi-lagi) warna cat tiang lampu yang ada di kawasan tersebut. Model tiang-tiang lampu penerangan jalan seperti tersebut akan tidak jarang kita jumpai di sepanjang jalan utama Kabupaten Brebes. Dan yang penting warnanya itu lho, khas banget gitu loh. 

Dari penelisikan yang telah dilakukan, jarang ada orang yang tahu mengapa kejadian ini (Kota di dalam Kota) bisa terjadi. "Soalnya ini termasuk di cerita wayang mas, jadi jarang orang yang tau", kata Ny. Mawar (bukan nama sebenarnya), seorang pedagang es buah di sekitar kawasan tersebut. "Saya saja udah lama di sini masih belum tau kenapa. Memang petugas dari Bappeda Brebes sering mengunjungi ke sini, ya mungkin sekitar sebulan sekali", tambah Ny. Mawar.

Namun dari narasumber (Pakde) konon tempat ini adalah tempat persinggahan kendaraan kereta kuda Bupati pertama Brebes, Tumenggung Arya Suralaya (1678 - 1683), ketika Beliau sedang berpergian ke luar daerah. Ada pula narasumber lain (Ayahanda) bilang kalau tempat ini merupakan bekas stable atau markas kuda zaman penjajahan dulu, makanya kawasan ini terkenal dengan Banjaran (Ban dan jaran, artinya kuda yang punya roda bermakna kereta kuda).

Kawasan dengan luas kurang lebih 50 meter persegi ini memang terlihat tidak terawat. Banyak sampah-sampah di tepi pagar bagian dalam. Sehingga kawasan ini terlihat seperti tempat pembuangan sampah sementara. Beberapa coretan di tembok pagar juga menghiasi kawasan tersebut. "Dulu ada mas yang ngrawat, setiap minggu dibersihkan. Tapi sudah dua minggu setelah orang yang merawat meninggal, jadi sudah nggak ada yang merawat lagi. Jadi wajar kalau kotor begini", kata Ny. Mawar.

Itulah sekilas tentang sekelumit kisah Kabupaten Brebes. Cukup menarik dan mungkin hanya ada di Kabupaten Brebes (sepengetahuan saya). Memang butuh pengkajian lebih lanjut untuk mendapatkan data yang lebih akurat (mungkin ada penelisikan jilid 2 nantinya).

Yah, apapun itu, sebagai warga Kabupaten Brebes harus bangga akan hal ini. Hidup Brebes!!!


You Might Also Like

11 comments

  1. kok bisa ya? Jarak dari batas Kab. Brebes lumayan jauh nggak?

    ReplyDelete
  2. jauh maw.. dari perbatasan Brebes-Tegal sekitar 10 kilo an

    ReplyDelete
  3. weh, keren om liputannya, Na aja sebagai orang brebes baru tahu lho,...;D

    ReplyDelete
  4. saya aja baru tau ko gin..
    makanya penasaran =D

    ReplyDelete
  5. ayo visit brebes kota yg pnuh keunikn ,,,

    ReplyDelete
  6. Maaf skdar koreksi:ditengah tanah segitiga tersebut sesuai pd gambar foto dan sesuai yg saya lihat lngsung terdapat pohon beringin besar,bukan pohon jati besar seperti yg anda tulis,mhn maaf sblmnya.

    ReplyDelete
  7. Itu pohon beringin mas ... bukan jati ... cmiiw
    Orang-orang sekitar menyebut sepetak tanah tersebut dengan dua sebutan :
    1. Tanah Brebes
    2. Kebon Raja
    Dan kedua istilah itu populer ...
    Cmiiw lagi ....

    ReplyDelete
  8. oh iya beringin.. typo.. hehe trims ya koreksinya..

    ReplyDelete
  9. Sering liwat mno tp ra tau merhatikena njerone kya apa .. wkwkwk

    ReplyDelete
  10. Tahun 1993 saya pernah mewawancarali Pak Munkar usianya ketika itu 75 tahun.
    Menurut dia itu bukan tanah Brebes.

    Dimasa penjajahan Belanda asrama Yonif 407/PK merupakan pabrik gula sama halnya di Pagongan ( Kodim 0712/Tegal) Dukuhringin ( Brigif 4/Dewa Ratna).

    Tanah yang diklaim tanah Brebes awalnya blumbang (liang) yang cukup lebar. Tempat Pabrik gula membuang kotoran, sampah dan apa saja kesitu. Termasuk penduduk sekitar membuangnya " ber bles- ber bles - ber bles "

    Akhirnya warga menamai tanah berbles bukan tanah Brebes.

    Katanya ....

    ReplyDelete
  11. Tahun 1993 saya pernah mewawancarali Pak Munkar usianya ketika itu 75 tahun.
    Menurut dia itu bukan tanah Brebes.

    Dimasa penjajahan Belanda asrama Yonif 407/PK merupakan pabrik gula sama halnya di Pagongan ( Kodim 0712/Tegal) Dukuhringin ( Brigif 4/Dewa Ratna).

    Tanah yang diklaim tanah Brebes awalnya blumbang (liang) yang cukup lebar. Tempat Pabrik gula membuang kotoran, sampah dan apa saja kesitu. Termasuk penduduk sekitar membuangnya " ber bles- ber bles - ber bles "

    Akhirnya warga menamai tanah berbles bukan tanah Brebes.

    Katanya ....

    ReplyDelete