Pulau Salissingan #2 (what a terrible voyage!)

11:57:00 AM

Seperti janji saya pada postingan sebelumnya di Pulau Salissingan , saya akan menceritakan betapa hectic-nya perjalanan menuju pulau kecil dari Kepulauan Bala-balakang ini.

Untuk menuju ke pulau tersebut, satu-satunya akses termudah adalah kita bertolak dari Kota Balikpapan. Di benak saya mengira akan ada kapal penumpang yang membawa saya menuju ke sana. Telisik punya telisik, setelah mendapatkan info dari beberapa narasumber, ternyata tidak ada transportasi umum yang rutin setiap waktu dari Balikpapan menuju ke Pulau Salissingan, baik itu kapal penumpang maupun speed boat. Barangkali karena sedikitnya frekuensi minat masyarakat yang akan melakukan perjalanan, sehingga tidak ada perusahaan transportasi yang membuka jalur pelayaran ke sana.

Satu-satunya alat transportasi menuju ke sana yang sering digunakan oleh penduduk setempat adalah, kapal nelayan. Iya, kapal-kapal pembawa ikan. Kapal-kapal tersebut merupakan kapal yang dimiliki oleh perusahaan-perusahaan perseorangan untuk menangkap ikan yang berada di sekitar pulau di Kepulauan Bala-balakang. Ini loh salah satu penampakan kapalnya.

Kapal Nelayan ke Salissingan
Mustahil kita menuju ke Salissingan tanpa adanya kenalan pemilik kapal maupun nahkoda kapal. Ketika itu diantarlah saya oleh salah satu pemberi tugas ke rumah salah satu pemilik kapal. Namanya Bapak Bayu. Bapak Bayu itu semacam panggilan orang Bugis, yang berarti bapaknya anak yang bernama Bayu. Kalau nama aslinya saya lupa nanyain. hehehe. Beliau adalah seorang nelayan pemilik perusahaan penangkap ikan yang punya tempat tinggal di Balikpapan maupun di Pulau Salissingan.

Jadwal kapal-kapal ke pulau juga beragam. Kalau Bapak Bayu seringnya berangkat dua kali seminggu, yaitu setiap Sabtu malam dan Selasa malam. Biasanya mereka mulai berlayar sekitar pukul 19.00 waktu setempat. Jadwal akan berlaku jika cuacanya memungkinkan untuk berlayar. Kalau cuaca sedang tidak bersahabat, mereka rela menunda hingga tengah malam baru berangkat atau keesokan harinya baru berangkat.

Sayang beribu sayang, ketika itu saya gagal naik kapal Bapak Bayu. Cuaca buruk jadi salah satu alasannya. Saat itu awan setempat terlihat sangat gelap. Jadwal yang tadinya akan berangkat pukul 18.00, oleh Bapak Bayu sorenya dikonfirmasi kapal ditunda keberangkatannya. Beliau tidak mengatakan tepatnya jam berapa akan berangkat, tergantung kondisi cuaca.

Singkat cerita kami ketiduran ketika menunggu konfirmasi keberangkatan oleh Bapak Bayu. Jam 2 dini hari saya terbangun dan melihat ada satu panggilan tak terjawab dari Bapak Bayu di HP saya. Kami bergegas menuju ke rumah Bapak Bayu yang jaraknya sekitar 30 menit dari tempat kami bermalam. Sesampainya di sana, tertinggal sudah. Kapal Bapak Bayu dan krunya berangkat sudah. :(

Mencoba menggali informasi dari tetangga-tetangga dan keluarga Bapak Bayu, kami pun menemukan jalan lain menuju Salissingan. Kami akan berangkat bersama sepupu dari Bapak Bayu yang akan berlayar menggunakan kapal pak Linggar. Namun jadwalnya baru akan berangkat esok lusa.

Kapal-kapal yang menuju Salissingan ini hanya bisa kita temui di barisan pelabuhan Kampung Baru Balikpapan. Pelabuhan ini juga merupakan pelabuhan tempat angkutan umum spead boat mangkal. Tapi nggak ada sepid yang jurusan Salissingan.

Pelabuhan Kampung Baru
Tiba saat kami untuk bertolak ke pulau. Saat itu kami menunggu di pelabuhan dari pukul 18.00. Akhirnya kapal baru berangkat pukul 22.00 waktu setempat. Di luar dugaan, penumpang yang akan berlayar ke pulau ternyata cukup banyak. Kecilnya dek kapal membuat cukup mustahil untuk ditempati orang sebanyak itu. Belum lagi barang-barang bawaan para penumpang yang jika dibandingkan banyaknya penumpang 1 banding 2. Beberapa penumpang pun terpaksa menggunakan bagian atap kapal sebagai tempat duduk selama perjalanan menuju pulau. Karena memprioritaskan ibu dan anak untuk duduk di dalam kapal, kami pun terpaksa untuk duduk di atas.

Sempat tidak percaya akan kenyataan ini. Ditambah sejumlah pertanyaan-pertanyaan di benak saya, "Serius duduk di atas terus kayak gini?", "ini kalau hujan gimana?", "kalau ada sesuatu yang nyamber-nyamber di tengah laut gimana?". Akhirnya dengan meyakinkan diri semua akan baik-baik saja, dan dengan melihat orang lain juga banyak yang bernasib sama dengan saya, mantaplah hati saya untuk berangkat. Bon voyage!

Sembari ngobrol dengan para penumpang yang lain, saya lihat awan memang cukup cerah. Saat itu yang paling dikhawatirkan adalah hujan. Akan rempong sana sini kalau hujan turun. Tapi keadaan penumpang lain lagi-lagi membuat saya cukup tenang menghadapi resiko-resiko tersebut. Mereka aja kalem-kalem aja, buat apa saya kawatir, kan? Yang harus dipikirkan sekarang adalah gimana caranya saya bisa tidur.

Baru satu jam berlayar rasanya sudah bosan melihat-lihat pemandangan malam laut Balikpapan. Isinya cuman kapal-kapal besar milik perusahaan-perusahaan minyak yang lagi mangkal. Saya pun berniat untuk segera tidur. Melihat sekitar tempat saya duduk, sepertinya memang cukup memungkinkan untuk berbaring. Dengan tas ransel saya sebagai bantal, jaket yang cukup tebal, saya pun tidur dengan cukup nyaman. Angin laut yang cukup membuat telinga saya dingin, saya antisipasi dengan menutupi kepala dengan handuk.

Pukul 3 dini hari saya pun terbangun, dan belum sedikit pun tanda-tanda akan sampai ke pulau nampak. Masih di tengah laut. Gelap. Hanya lampu kapal 5 watt yang menyinari sebagian badan kapal saja yang terlihat. Penumpang lain pun sepertinya masih nyenyak tidur. Hanya ada satu orang yang terbangun untuk sekedar minum air. Udara dingin semakin menusuk ke tubuh. Rasa ingin buang air kecil pun mulai muncul. Saya hanya duduk menatap sekitar kapal sampai bosen. Entah lah apa yang saat itu saya fikirkan.

Penumpang Kapal Bangun Pagi
Pukul 5 pagi, saat mentari mulai memunculkan dirinya. Cakrawala mulai tampak, burung-burung berterbangan menambah hiasan indah pagi hari di tengah laut. Semua penumpang di atas kapal pun sudah membangunkan dirinya. Cukup membahagiakan sih. Setidaknya saya jadi ada teman untuk ngobrol. hehehe. Saat itu juga sudah mulai terlihat pulau kecil yang kalau kata teman ngobrol saya bernama pulau Kebun Durian. Entah kenapa namanya kek gitu, padahal nggak ada sama sekali pohon durennya. -_-

Sempat mampir untuk ke pulau Kebun Durian, kemudian lanjut perjalanan, kekhawatiranku pun mulai tampak nyata. Awan mendung mulai menyelimuti langit di atas kapal, tanda akan segera jatuh air hujan.

Awan Mendung di Perjalanan ke Salissingan
Sempat rempong sana sini, kejadian yang tak terduga pun terjadi. Ibu-ibu penumpang yang duduk di samping saya yang ternyata mereka berkeluarga, segera memasang terpal yang mereka bentuk semacam tenda. Dengan modal tali yang melintang sepanjang atap kapal, mereka berteduh di bawah terpal tersebut. Kami pun ikut berteduh. Hujan yang diiringi dengan angin dan kecepatan kapal, membuat air tetap bisa menembus bagian pinggir 'tenda darurat' di atas kapal sehingga yang berteduh di pinggiran tenda tetap basah.

Hingga hujan reda, pulau Salissingan pun mulai jelas menampakkan seluruh badannya. Beberapa penumpang mempersiapkan diri dan barang-barangnya untuk dibawa ke pulau. Penumpang yang berteduh segera keluar dari tendanya. Suasana mendung berubah ceria. Penantian panjang lebih dari 9 jam akan segera berakhir.

Pulau Salissingan Terliha dari Kapal
Sekitar pukul 8 pagi, kapal pun berhenti dan menurunkan jangkar di area kurang lebih 300 meter dari bibir pantai. Selanjutnya para penumpang menggunakan perahu ketinting untuk mendarat menuju pulau. Cukup lama menunggu giliran kami naik ketinting karena saat itu hanya 2 perahu yang beroperasii dan setiap perahu hanya bisa mengangkut 3-4 orang.

Sebelum mendarat, pose dulu lahh.. hehehe


Nah, itu dia guys perjalanan menuju pulau Salissingan. Ngeri? Nggak juga sih. Lamaaaa! Bikin bete kalau kita gak bisa menemukan kegiatan yang bisa menghilangkan kejenuhan kita. Terus yang bikin gak enak itu nahan buang air kecilnya itu. >,<

Ini baru berangkatnya aja sih. Lebih nyeremin pulangnya. Ntar cerita lagi. Setelah ini cerita keunikan di dalem pulaunya dulu deh. Jaa naa.. 

You Might Also Like

0 comments