Menikmati Kesabaran

2:01:00 PM

"Iman itu dibagi menjadi dua, separo dalam sabar, separo yang lain dalam syukur." - Muttafaq 'alaih.

Kalau orang mengatakan sabar itu ada batasnya, maka itu adalah salah besar. Iya. Gimana nggak coba. Kalau ada batasnya berarti si orang tersebut nggak sabaran namanya. Sepanjang apapun batasnya. Secara matematis hal tersebut berarti "nggak sabar=sabar". Tentu hal ini kontradiktif. *apa sih* hehehe

Jadi teringat kalimat dari mas Andi Hermawan, mantan ketua Himatika UGM senior saya waktu kuliah dulu. Beliau pernah bilang, "Sabar itu ujungnya nikmat". Pada taraf ini saya sangat setuju. Dan hebatnya, sampai sekarang saya selalu terngiang dengan kutipan dari mas Andi itu.

Sabar yang bagaimana yang berujung nikmat? Ya sabar dengan sebenar-benarnya sabar. Bukan sabar yang abal-abal, dibuat-buat, dan hanya sesaat.

Dalam kamus saya, setidaknya seseorang itu harus senantiasa bersabar pada 3 hal.
  • Musibah. Baik itu musibah yang disebabkan gejala alam, atau musibah yang terjadi karena diri sendiri maupun orang lain. Gempa bumi, tanah longsor, rumah kebakaran, kecelakaan, dan musibah-musibah lain yang merugikan kita. Sejatinya semua itu atas kehendak Allah. Allah azza wajalla memberikan manusia musibah untuk membuat manusia tersebut naik satu level. Lebih tinggi, lebih kuat, dan lebih tahan terhadap ujian kehidupan, itulah hadiah bagi orang yang senantiasa bersabar dalam menghadapi musibah. Tak perlu banyak mengeluh, just move on guys! 
  • Amarah. Ada syaitan yang selalu mengintai manusia di berbagai aktivitasnya. Ianya selalu membuat manusia tergoda untuk melakukan sifat-sifatnya. Bisikan-bisikan semunya sering membuat orang terlena dengan perangai buruk. Amarah adalah salah satunya. Ditengah-tengah kesibukan manusia akan urusan dunia, amarah sering muncul sebagai pelampiasan emosi. Marah karena pekerjaan yang membuat pusing. Marah karena kehidupannya terusik oleh orang lain. Marah karena anak terlalu rewel. Emosi itu wajar. Tapi melampiaskan emosi dengan marah-marah itu yang nggak wajar. Sungguh yang demikian adalah perbuatan syaitan. Sabar menahan amarah adalah satu-satunya solusi untuk hal ini. Bersabarlah hingga emosi kita mereda. InsyaAllah, itu akan jadi hal yang nikmat.
  • Menunggu. Ini dia yang sering dialami oleh kita-kita. Katanya, menunggu adalah hal yang paling menjemukan. Iya benar, bagi yang tidak menikmatnya. Menunggu teman yang sudah janjian sebelumnya. Menunggu antrian panjang. Menunggu panggilan pekerjaan. Atau menunggu datangnya jodoh. #eaaaa. Kadang orang suka galau karena menunggu. Suka nggak sabaran, yang akhirnya menghalalkan segala cara. Astaghfirullah. Di saat-saat seperti ini sabar sangat berperan bagi kita. Ianya akan menjadi perisai bagi kita akan perbuatan-perbuatan yang tidak diridhoi Allah. Ianya akan menjadi penyejuk dalam masa-masa penantian tersebut. Hingga pada akhirnya, kita juga yang akan menikmati indahnya nikmat menunggu. Bukannya semua akan indah pada waktunya? Jadi, hiasilah masa-masa menunggu ini dengan hal-hal yang produktif saja. Sambil memantaskan diri, sambil mempersiapkan rencana untuk menikmati indahnya ujung penantian tersebut. Enak kan? :)
 Dan Allah pun berfirman, "maka saling berwasiatlah dalam kebaikan, dan berwasiat dalam kesabaran" (Al 'Ashr, ayat 3). Sabar itu gak perlu dibilangin kalau kita lagi sabar. Cukup dinikmati saja. Awalnya emang nyesek, lama-lama juga nikmat dan gak kerasa kalau kita lagi sabar. Dan yang pasti ujungnya nikmat. Iya, nikmat! :)

Jadi, masih mau bilang sabar itu ada batasnya? Moga bermanfaat ya! :-)

You Might Also Like

0 comments