Jangan Hilangkan Nikmatku

9:06:00 AM


bayi aja bersyukur.. kita??
Sedikit berbagi ilmu yang saya dapatkan kemarin. Kali ini masih tentang salah satu macam cara berfikir positif. Yaitu bersyukur, atau lebih tepatnya bagaimana cara orang mensyukuri nikmat yang diberikan Allah SWT. Tentu kita tahu bahwa betapa besar nikmat yang Dia berikan. Sampai-sampai dalam Al-Qur’an, Dia pun menantang manusia untuk menghitung nikmat yang telah Dia berikan selama hidup manusia. Pastilah manusia itu tidak dapat menghitung, sangkin banyaknya (QS 16: 18). Dan bersyukur inilah yang setidaknya merupakan timbal balik atas nikmat yang telah manusia peroleh.


Terkadang, sebagian orang mengungkapkan rasa syukurnya ketika mereka sedang diberikan nikmat yang dahsyat. Seperti misalnya dapat nilai ujian yang bagus, dapat bonus gaji, dapat hadiah dari seseorang, memenangkan sebuah kompetisi dan nikmat-nikmat lain yang bernilai besar bagi mereka. Memang tidak ada yang salah dari semua itu. Malah sangat dianjurkan dan harus dilakukan.

Ada sebuah kisah nyata dari seorang teman saya. Ketika itu orang tersebut (sebut saja Fulan) mengalami kecelakaan yang mengakibatkan tulang pahanya patah. Setelah diberikan pengobatan ternyata tulangnya harus dipen (salah satu tehnik penyembuhan dengan semacam logam yang digunakan untuk menyangga tulang yang patah) sehingga ia tidak bisa sujud dan jongkok. Setelah satu tahun mendapatkan perawatan pen tersebut baru ia bisa bersujud dan jongkok kembali. Satu tahun tentu bukan waktu yang sebentar untuk tidak melakukan sesuatu yang mungkin biasa kita lakukan, apalagi sujud yang notabene menjadi salah satu rukun Sholat. Dan sejak saat itulah si Fulan menyadari bahwa betapa nikmatnya bisa bersujud dan jongkok.

Mungkin bagi kita yang masih diberi kesehatan merasakan sujud dan jongkok biasa-biasa saja, tidak ada yang istimewa. Tapi bagi si Fulan yang selama satu tahun tidak bisa melakukannya merasakan bahwa sangat nikmat sekali ternyata bisa bersujud dan jongkok. Apa yang bisa kita simpulkan dari kejadian ini?

Sebagian besar orang baru akan merasakan nikmat atas sesuatu jika sesuatu tersebut hilang. Orang merasakan betapa nikmatnya makan atau minum ketika sudah lama tidak makan. Orang baru akan merasakan betapa nikmatnya duduk setelah ia lama berdiri. Orang baru akan merasakan nikmatnya mendapat hadiah, setelah ia belum pernah atau jarang mendapatkan hadiah sebelumnya. Orang baru akan merasakan betapa nikmatnya mendapat nilai baik setelah sebelumnya nilainya jelek-jelek. Si Fulan baru merasakan nikmatnya sujud dan jongkok saat ia tidak bisa sujud dan jongkok selama satu tahun. Dan saat-saat itulah orang baru bisa mensyukuri nikmat mereka. Itulah konsep bersyukur yang dianut sebagian besar orang.

Sekali lagi, tidak ada yang salah tentang hal tersebut. Bersyukur atas nikmat tersebut dengan tujuan untuk semakin ditambahkan nikmat yang diberikan Allah sangat dianjurkan. Namun, bagaimana kalau konsepnya kita rubah sedikit. Gampang kok. Jadi konsepnya jangan tunggu nikmatnya hilang dulu baru bersyukur. Tidak usah tunggu lama tidak makan dulu baru kita mensyukuri apa yang kita makan. Tidak usah tunggu berdiri lama baru mensyukuri betapa nikmatnya duduk. Tidak usah tunggu orang kasih hadiah baru mensyukuri kebahagiaan yang orang dapatkan. Tidak usah tunggu dapat nilai-nilai jelek duru baru mensyukuri nikmatnya dapat nilai bagus. Dan tidak usah tunggu gak bisa sujud atau jongkok dulu baru bersyukur. Mumpung masih diberikan nikmat, yuk kita syukuri nikmat yang saat ini kita rasakan. Hanya sesimpel itu, gampang kan?


Hari ini mungkin menu makanan di rumah hanya tempe dan tahu goreng. Yah, syukur masih ada tahu dan tempe, kalau gak punya lauk gimana? Sekarang mungkin kita hanya bisa menikmati berpergian menggunakan sepeda. Yah, syukur masih ada sepeda, kalau sepeda kita hilang gimana? Mungkin kita telah duduk lama menunggu dosen. Yah bersyukur kita masih diberi nikmat duduk, kalau lagi ambeyen gimana? Wah, ban motor bocor malam-malam di tengah jalan. Yah, bersyukur cuman bocor, motornya gak hilang kan? "Temen saya kok kalau dimintai tolong suka gak mau ya". Yah, syukur masih punya temen, gimana kalau orang-orang terdekat memusuhi kita?. Jadi, selalu ada alasan untuk kita selalu bersyukur, walaupun alasan untuk mengeluh jauh lebih kuat. Namun sungguh, mengeluh itu adalah perbuatan yang sia sia.

Emang kalau kita ngeluh lalu penderitaan kita akan selesai begitu saja? Absolutely not. Justru akan memperburuk keadaan. Gak percaya? Coba deh saat kamu mengalami kesulitan, bedakan rasanya lebih membahagiakan yang mana, ketika kita mengeluhkan masalah tersebut atau ketika kita mensyukuri masalah tersebut. Coba bandingkan ya, dipraktekkan. Bagi yang gak percaya aja sih. =D
Namun kenyataannya, coba deh hitung, banyakan mana dalam sehari, mengeluh atau bersyukur? Ckckck.. Hayoo, gak boleh korupsi loh ngitungnya. =D Hee

Sederhananya, bersyukurlah selagi kita masih bisa untuk bersyukur. Apapun dan bagaimanapun cara bersyukurnya. Ungkapkanlah rasa syukur kita setiap saat kita mendapatkan nikmat. Nikmat yang tentunya selalu Allah berikan kepada manusia. Dan pasti tau dong, udara yang bisa kita hirup ini juga salah satu nikmat yang Allah berikan kan? Jadi, bersyukurlah, with everyone, everything and every time. InsyaAllah nikmat kita akan selalu ditambahkan. 

Maka, nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? =)

You Might Also Like

0 comments