Milad ke-334 kudu banyak bersyukur

4:07:00 PM

Hari ini, 18 Januari 2012, Kabupaten Brebes genap berusia 334. Usia yang sudah tidak bisa lagi dibilang muda. Usia yang seharusnya sudah bisa menunjukkan sisi kedewasaan dalam berbagai aspek. Usia yang sudah tidak bisa lagi disebut sebagai anak bawang (walaupun Brebes banyak bawang merahnya). Usia dimana rakyat setempat telah berteriak "merdeka" selama lebih dari 3 abad. Ya, intinya 334 bukanlah angka yang kecil. Dan tentunya sebagai warga Kabupaten Brebes patut untuk mensyukuri hal ini. Bersyukur akan pencapaian, yang setidaknya, tidak terjadi hal berarti yang mengancam kemerdekaan dan kesejahteraan rakyat.


Kita berkaca pada tahun lalu, dimana banyak sekali polemik-polemik yang dihadapi Kabupaten Brebes ini. Baik dari segi pemerintahan yang inkonsisten dan banyak huru-hara, kasus demi kasus kurang mengenakkan yang merugikan rakyat maupun pemerintah, maupun ancaman-ancaman dari luar yang mencoba mengucilkan Kabupaten dengan wilayah terluas ke-3 se Jawa Tengah ini. Dibandingkan sekarang, keadaan justru semakin membaik, yang setidaknya, tidak ada tragedi-tragedi yang mengancam kemerdekaan Kabupaten Brebes, baik untuk rakyat maupun pemerintah. Hal inilah yang sungguh wajib untuk kita, warga Brebes, syukuri. Gunanya? Supaya hal yang kita syukuri ini semakin memberikan kondisi yang berangsur-angsur membaik yang berujung pada kejayaan Kabupaten Brebes tercinta.

Diangkatnya Bupati dan Wakil Bupati yang baru, setidaknya memberikan napas segar bagi Kabupaten ini untuk dapat berjalan maju meneruskan kepemimpinan dan pemerintahan. Kepemimpinan yang sudah seharusnya menjadi kepemimpinan yang berkelanjutan (sustainable leadership). Di mana terjadi kontinuitas pemerintahan antara pemerintahan yang lama dengan yang baru. Tujuannya, tidak lain adalah supaya apa yang telah diperjuangkan dan direncanakan sebelumnya dapat berlanjut dan benar-benar terrealisasi di masa mendatang.

Bersyukur dengan diangkatnya Bupati yang baru ini Brebes sudah kembali di jalur yang semestinya. Jalur di mana rakyat sudah menemukan obat rindu akan kehadiran seorang pemimpin yang setidaknya dapat memimpin negerinya. Jalur dimana kebijakan-kebijakan baru akan muncul sebagai tonggak perubahan ke arah yang lebih baik. Jalur dimana sudah seharusnya pemimpin yang menjadi contoh bagi rakyatnya.

Berbicara pemimpin sebagai contoh, tidak dapat kita pungkiri bahwa pemimpin harus mampu kawah candra di muka bagi rakyatnya. Ianya harus bisa jadi contoh yang baik bagi warga maupun semua elemen-elemen dalam pemerintahan. Yang di atas, menjadi teladan bagi yang di bawahnya. Itulah konsep ideal dalam sebuah kepemimpinan. Dan kemampuan seperti itu, sudah menjadi harga mutlak, jika yang diinginkan adalah negeri yang bermoral dan sadar akan nilai-nilai yang sudah semestinya dilakukan.

Apa yang dicontohkan pemimpin, berbanding lurus dengan apa yang akan dilakukan rakyatnya. Itulah teoremanya. Jangan berharap jika pemimpinnya saja suka menghambur-hamburkan uang untuk hal yang tidak jelas, rakyatnya taat bayar pajak. Jangan berharap jika pemimpinnya saja sering melakukan sikap indisipliner, rakyatnya (para PNS) rajin dan tepat waktu berangkat ke kantor. Jangan berharap jika pemimpinnya hanya pintar mencari muka di depan rakyatnya, rakyat akan menaati seluruh kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh pemimpinnya. Simpelnya, jika pemimpin begini, ya rakyat juga begini. Kan rakyat cuman bisa "sami'na wa atho'na". =D

Sehingga hal paling baik dan paling utama harus dilakukan adalah introspeksi diri dari semua elemen. Bukankah setiap orang adalah pemimpin?. Bupati dan Wakil Bupati adalah pemimpin bagi rakyatnya dan semua jajaran pemerintahannya. Seorang Kepala Bagian adalah pemimpin bagi semua jajaran di departemennya. Seorang Kepala Dinas adalah pemimpin bagi semua jajaran di dalam Dinas masing-masing. Seorang Camat, adalah pemimpin bagi seluruh elemen dalam Kecamatannya. Begitu juga Lurah, Kepala Desa, Dukuh, bahkan RW dan RT. Semuanya harus bisa menjadi contoh bagi seluruh elemen di bawahnya. Dan yang paling penting lagi adalah bukankah setidaknya seseorang adalah pemimpin bagi dirinya? Jadi, evaluasi diri, apakah sudah pantas menjadi contoh yang baik? Kalau belum bisa jadi contoh yang baik bagi diri sendiri, bagaimana untuk bawahannya? Sesimpel itu.

Kembali ke rasa syukur. Dan perlu di garis bawahi pula bahwa, bersyukur punya kesempatan untuk mengevaluasi diri ini pula merupakan salah satu nikmat yang besar. Gunanya? Tidak usah ditanya lagi, yaitu demi menuju sebuah perubahan dan perbaikan. Perbaikan yang tidak hanya bagi segelintir orang saja, tapi bagi semua aspek di Kabupaten Brebes. Dan hari jadi yang ke-334 ini bisa jadi salah satu bentuk dari kesempatan tersebut. Disaat semua elemen memperingati hari kelahiran tanah air tercinta mereka. Disaat semua semangat cinta tanah air muncul dipermukaan sebagai bentuk kepedulian mereka. Sehingga langkah yang paling baik adalah memanfaatkan momen dimana semangat yang bermunculan menjadi tenaga tambahan untuk kita (warga Kabupaten Brebes) menuju ke perubahan dan perbaikan yang diinginkan tersebut.

Jaya Kabupaten Brebes!!! =)

You Might Also Like

1 comments

  1. gmna dengan masalah kota dalam kota... :'(

    tempat itu disia"kan

    ReplyDelete