Perkedel oh perkedel

10:34:00 AM


Petualangan masak-memasak di rumah (dormitory, red) merupakan hal yang tak akan pernah habisnya. Pasalnya, orang mana yang tidak butuh makan setiap harinya? Jelas saja sebagai manusia biasa saya (dan mereka) membutuhkan makanan setiap hari. Dan satu-satunya cara yang paling efektif untuk mengatasi rasa lapar adalah dengan memasak makanan tersebut by our self. Ya, maklum anak rantauan, harus pintar berhemat. Eh, tapi bukan berarti pelit loh.

Giliran hari ini entah datang angin dari mana, tiba-tiba fikiran saya hanya ada kentang, kentang, dan kentang. Dan makanan yang identik dengan kentang yang terlihat simpel buatnya (walaupun hanya terlihat, kenyataanya tidak) adalah, terejreng . . . perkedel. Yap, makanan berbentuk bulat bulat berwarna kecoklatan yang berbahan dasar kentang. Semua orang Indonesia seharusnya tau.
Mungkin karena perasaan “ngidam” dan rasa penasaran yang besar yang membuat kenapa otak jadi tergila-gila dengan perkedel. Tergila-gila ingin ngejajal bagaimana makananyang kelihatan simpel itu cara membuatnya. Sampai pada akhirnya berbagai cara telah dilakukan hanya untuk merealisasikan hal itu terwujud. Tanya sana sini, cari resepnya, sampai mal praktek dilakukan. Yah, namanya saja belajar. Gak kotor gak belajar kan? =D

Setelah mendapatkan hipotesis resepnya, pagi itu dicobalah resep perkedel ala abal-abal. Sebenarnya ini adalah percobaan ke dua, dimana sebelumnya pernah dicoba namun gagal total. Ternyata setelah dievaluasi ada satu bahan yang kurang. Dan berbekal evaluasi tersebut saya niatkan kembali untuk membuatnya, tentunya dengan bahan yang lebih lengkap. Waktu itu tepung terigu lah yang belum masuk daftar bahan resep. Sehingga di percobaan yang kedua ini saya tidak boleh jatuh di lubang yang sama, disiapkanlah tepung terigu.

Glotak glotak glotak. Sudah siaplah semua bahan dan sudah di olah. Tinggal digoreng. Dengan hati sedikit berbunga-bunga (walaupun tau belum tentu berhasil), dicobalah satu biji perkedel untuk digoreng. Yap, tidak ada tanda-tanda akan gagal yang telah ditunjukkan di percobaan pertama sebelumnya beberapa hari silam tersebut. Akibatnya semakin berbunga-bunga hati ini.

Namun, petaka muncul di percobaan kedua. Entah apanya yang salah, proses menggorengnya pun sama dengan percobaan yang sama, namun hasil yang ditunjukkan di percobaan kedua ini berbeda. Ditandai dengan minyak diatas wajan yang mulai mengeluarkan busa-busa tak jelas. Firasat saya sudah mulai tidak enak nih. Benar ternyata, adonan kentang yang sudah halus pada percobaan kedua ini kurang menyatu sehingga tercecer tumpah  ke penggorengan. Persis seperti pada percobaan pertama. Gagal lagi gagal lagi. Pikiran pun mulai kacau mencari-cari alasan kenapa bisa gagal.

Setelah semua adonan tergoreng, yah, ada lah beberapa yang good looking. Lumayan dari pada lu manyun. Ujung-ujungnya juga habis dimakan. Selanjutnya adalah menggoreng tahu. Dan karena minyak yang telah dipakai untuk perkedel berubah hitam, saya niatkan untuk mengganti minyaknya dengan yang baru. Tapi sayang kalau minyak yang telah dipakai itu dibuang. Sehingga mending disimpan saja.
Namun, boro-boro mau disimpan, mungkin karena pikiran yang masih kacau, saya salah ambil tempat untuk menyimpan minyak. Sudah tau minyaknya abis dipakai goring, pasti panas banget lah. Sebuah mangkuk yang terbuat dari plastik agak tipis saya siapkan untuk menyimpan minyak tersebut. Dan, cesssss, sesaat setelah menuangkan minyak ke dalam mangkuk bunyi aneh itu muncul. Bagian dasar mangkuk lumer karena panasnya minyak. Yak, dan minyak pun tercecer kemana-mana. Hwaaaaa, bubrah kabeh. TT

Betul-betul nambah-nambahin kerjaan aja. Ternyata perkedel yang terlihat begitu simple, justru sebaliknya. Saya harus mengeluarkan tenaga ekstra untuk sekedar mencoba. Harus berlama-lama membuat gilingan adonan. Harus bersusah-susah menggoreng. Dan yang terakhir, harus ber”suka ria” membersihkan tumpahan minyak. Yah, namanya juga belajar.  Nggak kotor ya nggak belajar, betul?? (^^,)

You Might Also Like

0 comments