Orang Indonesia, Kanan Sekali

7:17:00 AM

Di sini ku menggenggam takdir di tanganku,
Aku coba menahan tak menangisimu,
di bait pertama. . . di bait pertama. . .
Lirik di atas seakan menjadi teman setia mendampingi saya menulis tulisan ini. D i dalam suasana yang gelap, hanya diterangi oleh cahaya yang keluar dari ponsel saya (ngakunya..) dan cahaya lampu-lampu yang kadang muncul  di balik jendela. Suasana yang cukup nyaman jika dibandingkan dengan beberapa menit yang lalu.


"Nasi goreng-nasi goreng. . . "
"Kopi-kopi. . . "
"Lanting-lanting. . ., bu lantingnya bu, murah, sepuluhribu dapat tujuh. . ."
Teriakan itu kian akrab terdengar di telinga. Yap, masak masih belum bisa menebak dimanakah saya saat ini?


Jawabannya adalah, . . . .
Tereeeejreeeng. . . .
perhatikan baik-baik setiap katanya ya. Dan, . . . Saya, . . . . . Sedang . . . .
duduklesehandidalamgerbongkeretatanpatempatdudukdandalamkondisitanpacahayadankipasangin.

Masih kurang jelas? Hehehe. Tenang tenang, seiseng-isengnya saya tak akan bikin pembaca sakit kepala, apalagi sakit perut. =D


Berawal dari rencana akan pulang ke Brebes tapi singgah dulu ke Kota Kembang. KA Ekspress (katanya, padahal mah kelas ekonomi) Kahuripan jadi favorit utama saya tuk sampai ke tujuan, stasiun kereta Rancaekek. Dan sudah diduga karena ini adalah akhir pekan (Jum'at malam akhir pekan juga kan?), sang Kahuripan pasti penuh akan penumpang. Pukul 20.20 kereta pun datang. Saya yang duduk manis di lobi stasiun Lempuyangan segera beranjak menuju gerbang kereta terdekat. Terlihat penuh, saya pun bergegas ke gerbong paling belakang yang biasanya lebih sepi dari gerbong-gerbong lainnya. Ups, ternyata gerbong belakang tidak dioperasikan. Yasudah pindah haluan ke gerbong depannya, nomor dua dari belakang.

Saya pun masuk dan, huffftt..., as usual, berjalan pun susah. Sekuat tenaga saya berusaha masuk sampai ke tengah gerbong, dan berdiri di antara kursi-kursi yang berjejer telah dipenuhi para penumpang lain. Dan, sepertinya di sini memang tempat yang tepat bin paling nyaman. Berdiri dengan menggendong tas ransel dan memegang sebuah wadah plastik berisi pukis. Sedikit menghilangkan keribetan, saya melirik-lirik ke atas, looking for some space, in order to putting my stuff. Berdiri tegar mendengarkan lagu-lagu Sheila on 7 dari mp3 player, sambil membaca selembar koran yang baru saja saya beli di Lempuyangan. Itulah hal yang saya lakukan setibanya di dalam gerbong nomor dua dari belakang kereta Kahuripan.

Sudah biasa. Seakan kata tersebut menjadi penyemangat ditengah kegalauan kaki. Hehehe. Lagipula masih banyak mereka yang lebih kurang beruntung daripada saya. Jadi untuk apa tidak dinikmati, mending disukuri saja. Suara dari earphone mp3 juga menambah riang suasana. Tak peduli, tak risau, dan tak menghiraukan keadaan. Yeah, that's what I should did.

Seiring berjalannya kereta, seiring pula dengan bertambahnya penumpang di setiap stasiun yang di singgahi. Jadi aja sang Kahuripan semakin penuh. Wow, sudah penuh begini masih di penuh-penuhin lagi. Mau jadi apa ni kereta. Sungguh sudah seperti pepes ikan saja para penumpang kereta ini. Ditambah lagi barang-barang bawaan para penumpang baru yang secara tidak langsung menggannggu kenyamanan penumpang yang lain (baca: saya juga termasuk). Yah, apa mau dikata, seperti inilah cerminan Negeri ini. Sudah tahu kereta ekonomi selalu penuh dengan penumpang, bukannya menambah gerbong malah me-non aktif-kan beberapa gerbong. Ckckckck

Dan kejadian itu pun terjadi. Ada sedikit keributan di dekat pintu masuk gerbong. Penasaran, saya pun mencoba mencari tahu. Tiba-tiba saya menjumpai seseorang yang mencurigakan, bersusah payah meraih tas yang sudah ia taruh di bagasi tas sebelah atas. "Ini orang mau ngapain sih . . . =,=". Ternyata ia ingin mengambil sesuatu dari dalam tasnya. Semacam perkakas-perkakas yang digunakan oleh montir. "Weits, ini orang mau buka bengkel disini?? Nggak salah??". Coba saya tengok kembali ke pintu gerbong, dan rupa-rupanya sudah berdiri beberapa orang yang sepertinya berusaha untuk membuka pintu gerbong paling belakang yang kosong yang terkunci.

Pertanyaan saya di atas pun terjawab. Obeng dan kawan-kawan yang diambil si orang mencurigakan itu ternyata digunakan untuk menjebol si pintu gerbong belakang. Hmmm. Ini namanya bener-bener "the power of kepepet". Benar-benar orang Indonesia asli, kalau sudah kepepet ada saja akalnya. Benar-benar kanan. Benar-benar kreatif. Dan benar-benar ngaco abis. Yah, saya pun hanya tersenyum manis dan geleng-geleng kepala. Tapi akhirnya saya pun angguk-angguk kepala. Toh juga nanti saya diuntungkan juga. Hehehe. Maksud mereka (baca: orang-orang yang menjebol pintu) mungkin baik dan mulia, menolong beberapa orang yang berdesak-desakan di dalam gerbong. Tapi dengan cara yang agak miring. Ya mau gimana lagi juga yah, there is no way better.

Sempat kesusahan menjebol pintunya, akhirnya pintu pertama pun terbuka. Dan tidak lema berselang pintu ke-2 yang merupakan pintu utama gerbong paling belakang pun terbuka juga. Yang menandakan gerbong paling belakang sudah bisa dimasuki orang. Mereka pun menyuruh para penumpang yang kurang beruntung pun segera masuk ke gerbong yang kosong itu. "Ayo masuk, masuk . . .!!" Begitulah kira-kira yang mereka teriakkan. Otomatis, saya pun segera mempersiapkan diri menuju sana. Sambil geleng-geleng saya pun bersyukur dalam hati. Akhirnya bisa makan juga. Hehehe. Segera saya nyalakan lampu ponsel untuk menerangi perjalanan saya menuju gerbong "keberuntungan".

Setibanya di sana langsung saya gelar koran yang saya bawa untuk jadi alas duduk dan tidur nanti. Udah kayak piknik aja ni. Dan saya pun menyamankan diri supaya benar-benar nyaman di dalam  kegelapan gerbong. Listening to the mp3 player, and preparing for the dinner I've been brought. Duta dkk pun bernyanyi,
Sekuat kaki ini mencoba berlari, tetapi hati ini menuntunya kembali. . .
Saya plesetkan jadi,
Sekuat kaki ini mencoba berdiri, tetapi hati ini menuntunnya kesini (ke gerbong belakang). . .
 Hehehe.

You Might Also Like

3 comments

  1. wkwkwkwkwk, kisah yang cukup mengharukan... ada acara apa je di Kota Kembang?

    ReplyDelete
  2. hohohoho.. mau pulang ke brebes, lewat Kota Kembang dulu. . =D

    ReplyDelete