Setidaknya Dunia Masih Luas

10:06:00 AM

Dunia tak selebar daun kelor. Memang. Tapi lebih lebar lagi, dan jauh lebih lebar. Kadang ungkapan di awal tadi sering diungkapkan ketika kita menjumpai sesuatu yang ternyata ujung-ujungnya ya kesitu-situ saja. Namun ini lain cerita. Sesuatu itu sesungguhnya hampir semuanya tak berujung. Saya katakan hampir, jadi ada kemungkinan untuk berujung. Bahkan bukan mungkin lagi, pasti. Semuanya pasti berujung. Hanya saja jalan untuk menemui ujung tersebut sudah semestinya sangatlah panjang. Melebihi panjang Sungai Nil. Hehehe... Yah, begitulah dunia, mungkin apa yang kita rasakan begitu terasa panjang. Namun kelak, kita yakin semua akan terasa pendek. Saat kita tak tahu ujung jalan yang akan kita tempuh di depan, sewajarnya kita merasakan perjalanan kita begitu panjang. Namun ketika kita sudah sampai pada ujung tersebut, rasanya baru kemarin memulai berjalan, kini perjalanan harus berakhir pada ujung.

Sebentar. Jangan terlalu khawatir dulu dengan sindiran-sindiran yang saya selipkan sedikit dalam paragraf di atas. Sudah, sudah, tidak usah khawatir. Justru khawatir itu yang membuat kita merasa selalu terbebani, dan imbasnya, kita menjadi manusia yang malas bersyukur. Justru khawatir itu yang akan membuat manusia senantiasa berfikir negatif tanpa mempertimbangkan hal-hal positif. Justru khawatir itu yang akan membuat manusia rentan akan penyakit, tepatnya penyakit fikiran. Nikmati saja hidup ini. Kalau belum nikmat, tinggal tambah bumbu-bumbu kehidupan. Masih belum nikmat, coba tambah cabe dan terasi secukupnya (kalau yang ini agak ngawur). Hehehe.. Intinya, hidup itu tidak harus dan tidak halal untuk dikhawatiri. All izz well. Semuanya akan baik-baik saja. Percayalah. Setidaknya dunia ini masih luas untuk kita.

Sudahlah, daripada capek-capek mengkhawatirkan sesuatu, mending kita capek-capek untuk berusaha, berdoa, dan beramal. Eits, maaf saya ralat, seharusnya kata "capek-capek" di atas tidak tercetak. Lha emang apa susahnya berusaha, berdoa dan beramal sampai bisa capek begitu? Tolong jawab pertanyaan saya barusan. Yang ada mungkin kita akan merasa bahagia. Kenapa?

Orang yang berusaha, sudah pasti ia akan mengalami suatu masa dimana ia akan menghadapi kesulitan. Maka selamat kepada Anda yang telah melalui masa kesulitan. Sebentar lagi Anda akan memasuki dunia yang serba mudah, serba gampang, dan serba bisa. Bukankah Allah sudah menjanjikan, "Maka sesungguhnya sesudah kesulitan ada kemudahan" (Q.S. 94 : 5). Allah loh yang berjanji. Emang manusia, janjinya jam 8, datangnya jam 10. Janjinya mau traktir, eh malah balik minta traktir. Janjinya mau bayar hutang, malah minta tambah hutang. Intinya, janjiNya berbeda dengan janji kita. Nggak pake nanti-nanti, nggak pake lama, nggak pake insyaAllah. Langsung ditepati.

Orang yang senantiasa berdoa berarti ianya senantiasa meminta. Tenang saja, meminta itu tidak buruk. Asal Yang dimintai punya dan senang jika diminta. Bukankah Allah Maha Mempunyai, dan Allah Maha Pengasih dan Penyayang. Emangnya manusia, yang kalau diminta hartanya (baca: sedekah) selalu berdalih ini itu, yang kalau dimintai tolong selalu muncul beribu alasan untuk menghindar, yang baru kalau dimintai nomer rekening langsung dikasih tanpa pikir panjang. Hehehe.. Begitulah manusia dengan Sang Pencipta. Seharusnya saling melengkapi. Manusia wajar meminta kepada Sang Pencipta, dan Sang Pencipta yang akan mengabulkan permintaan dari si Manusia. Saling bersinergi dan saling melengkapi. Orang nggak minta aja dikasih, apalagi minta.

Orang yang senantiasa beramal. Masih ingat hukum kekekalan energi? Kalau tidak salah berbunyi aksi = - reaksi. Apa yang kita lakukan, itu pula yang akan kita dapatkan. Law of attraction, alias hukum tarik menarik. Sekian energi yang kita keluarkan ternyata sekian pula energi yang akan balik lagi ke kita. Hanya saja mungkin bentuk energinya yang terkadang berbeda. Yang jelas dan yang pasti besar energinya sama. Begitulah perumpamaan bagi para amal'ers. Beramal sekian, ya dibalasnya sekian. Pasti itu!!! Bahkan untuk hal yang satu ini energi yang akan kita dapatkan mungkin akan lebih besar yang kita keluarkan. Beramal sekian, dibalasnya sekian ditambah sekian. Nah loh, untung sekian kan? Siapa coba orang yang tidak mau untung? Faktanya masih banyak (mungkin) manusia-manusia yang susah untuk beramal (baca: zakat, sedekah dll). Ckckckck...

Siapa yang tidak bahagia urusannya dimudahkan?
Siapa yang tidak bahagia keinginannanya dikabulkan?
Siapa yang tidak bahagia rezekinya ditambahkan?
Kalau ada yang angkat tangan, maaf, innal insaana la fii khusrin.. Sesungguhnya manusia dalam keadaan yang merugi, kecuali mereka yang tidak mengacungkan tangan. Hehehe.. Maksudnya, kecuali mereka yang berbahagia urusannya dimudahkan, dengan cara berusaha. Kecuali mereka yang berbahagia keinginannanya dikabulkan, dengan cara berdoa. Dan kecuali mereka yang berbahagia rezekinya ditambahkan, dengan cara beramal. Jadi, masih ingin mengacungkan tangan?

Semua itu hanya ada di dunia. Ya, dunia dimana kita bernafas, dunia dimana kita menghabiskan kehidupan kita. Dunia dimana terhampar luas tanda-tanda akan kekuasaanNya. Mumpung masih di dunia loh. Kapan lagi mau berbahagia seperti yang ditawarkan di atas? Jawabannya, sekarang juga. Nggak pake nanti-nanti, nggak pake ntar-ntar, dan nggak pake cabe. Hehehe.. Jadi, apalagi yang masih dikhawatirkan? Bukankah dunia masih luas untuk kita? Makin luas dunia, makin luas pula usaha kita, doa kita dan amal kita, right?

You Might Also Like

0 comments