Terminal oh Terminal

11:45:00 AM

Kata "terminal" mungkin sudah tidak asing bagi masyarakat. Apalagi para pengguna jasa angkutan umum, baik itu angkot, elf maupun bus. Terminal yang pasti ada di setiap kota, entah kota kecil maupun kota besar, pada dasarnya mempunyai fungsi sebagai tempat berhentinya kendaraan-kendaraan umum roda empat dari segala arah. Dimana dengan "memberhentikan" kendaraan-kendaraan umum tersebut sekaligus menaikkan penumpang-penumpang yang akan pergi ke kota atau suatu tempat yang akan dituju. Begitulah simpelnya.

Bagi saya, terminal ini sudah hampir menjadi tempat tujuan agenda mingguan saya. Terlalu sering mungkin kalau mingguan, jadi bulanan saja (udah kayak majalah aja ya..). Kebanyakan ke luar kota dengan alasan ini itu menjadi faktor utama kenapa agenda mingguan saya ke terminal, bukannya ke masjid (tenang saja, ke masjid mah agenda harian bukan mingguan..hehehe). Sehingga ada beberapa hal yang mungkin mengganjal di fikiran saya ikhwal terminal ini.

Dengan berbagai "keistimewaannya", terminal yang sering saya jumpai sedikitnya punya tiga macam. Yang pertama adalah terminal besar atau biasa disebut terminal kota. Terminal ini punya ukuran yang cenderung besar dan mungkin paling besar di kota setempat. Dimana di terminal tersebut sering dijumpai mobil-mobil angkutan yang serba besar-besar juga. Seperti bus, dari bus dalam kota sampai bus antar kota antar propinsi. Tidak hanya bus saja,  angkot-angkot pun sering mangkal disana. Bahkan kendaraan roda dua layaknya ojeg pun bisa kita jumpai disana. Sehingga pantas juga disebut terminal serba ada. Hehehe..

Yang kedua adalah terminal mini. Entah pastinya apa nama jenis terminal yang satu ini, namun yang pasti terminal ini lebih kecil dari terminal kota. Dimana di terminal ini jarang sekali dijumpai bus-bus besar. Dan yang memungkinkan menjadi pemandangan umum di terminal ini adalah angkot-angkot dari segala jurusan. Dan kebanyakan angkot ini hanya di dalam kota saja (ya iyalah namanya saja angkot, angkutan kota.. wkwkwk).

Yang ke-3, terminal listrik. Hehehe.. Becanda. Ya, cukuplah sudah perkenalannya. Pasti sudah cukup faham dengan penjelasan singkat saya di atas. Lha terus apa istimewanya?

Hmmm.. Sebenarnya memang tidak ada yang istimewa. Justru kebalikan dari istimewa. Apa?? Mengenaskan. Kota Brebes tidak punya terminal besar!! Sekali lagi, tidak punya!! Sebenarnya kalau di seluruh Kabupaten Brebes ada sih satu terminal besar, yaitu terletak di Kecamatan Bumiayu. Butuh waktu 2 jam perjalanan untuk menuju ke sana dari kota. Tapi untuk kawasan perkotaannya, nol besar. Khususnya di jalur pantura. Hal yang mungkin bagi saya begitu ironis melihat bahwa jalur pantura merupakan jalur utama yang menghubungkan antar kota di pulau Jawa, khususnya Jawa Tengah dan Jawa Barat. Jalur dimana setiap arus mudik selalu menjadi sorotan utama.



Lha kok ya bisa?? Yah, mana saya tau.. Saya hanya bisa merasakan betapa nikmatnya hidup di Kota Brebes. Eh, beneran lho, hidup di Kota yang tidak punya terminal besar itu nikmat. Tiap mau keluar kota harus ke Kota sebelah dulu untuk mencari angkutan dengan tujuan yang dikehendaki. Ya lebih banyak mengeluarkan sedikit harta dan tenaga lah. Benar-benar nikmat.
Yah, sebagai masyarakat kota Brebes wajib mensyukuri atas nikmat itu. Tujuannya ya, supaya menjadi lebih nikmat lagi. Bukankah orang yang pandai bersyukur akan ditambahkan rezekinya?? Dan yang tidak pandai bersyukur adalah orang yang kufur a.k.a tidak akan pernah puas dengan rezekinya. (Semoga Brebes punya terminal besar... Aaamiiin..)

Terlepas dari penting atau tidaknya dibuatnya terminal besar di Kota Brebes, yang jelas, dengan adanya terminal itu setidaknya mengurangi kesulitan warga Brebes yang mungkin awam terhadap jasa angkut-mengangkut versi umum dalam mencari kendaraan yang akan membawanya ke kota tujuan. Yah, mengingat kebutuhan akan angkutan umum warga Kota Brebes masih cukup besar. Walaupun mungkin lebih memilih menggunakan kereta api, tetap saja bus AKAP (Antar Kota Antar Propinsi) menjadi favorit kedua dimana bus ini jauh lebih banyak alternatif kota tujuannya ketimbang kereta api. (Wah, kalau mau bahas stasiun kereta api makin panjang saja mungkin ya..sama nasibnya kayak terminal.. ckckckck).

Akhirnya, pemerintah setempat sebagai penentu kebijakan-kebijakan perlu mampu melihat lebih luas lagi ikhwal permasalahan-permasalahan seperti ini. Ya, sudah banyak masyarakat yang "meminta-minta". Kepekaan pemerintah menjadi sesuatu yang tidak bisa dibilang dianjurkan lagi, tapi diharuskan. Setidaknya ada gagasan-gagasan yang bisa memecahkan masalah-masalah yang timbul, walaupun memang terlihat kecil, tapi kalau dibiarkan berlama-lama akan menjadi besar. Atau, jika mungkin sudah merencanakannya, segera realisasikanlah. Masyarakat saat ini butuh bukti bukan taji. Bahkan hanya sekedar janji.

Sudahlah jangan berlama-lama tidurnya. Brebes kudu bangun pagi. Ora gelem ketinggalan karo kota liyane kan? Mulane, aja ndodok bae. Tangi, jenggelek, toli mlayu! Sekarang sudah banyak SDM-SDM produk lokal yang punya potensi segede gaban. SDM yang siap melejitkan semua potensi-potensi yang ada di Brebes. Tujuannya? Apa lagi kalau bukan untuk mewujudkan cita dan mimpi Kabupaten Brebes.

Hmmmm.. dari terminal sampai ke cita-cita. Yah, begitulah positivity, pandai menghubungkan yang biasa menjadi luar biasa. Right??

You Might Also Like

0 comments