Ilmu itu Harus Ditularkan

10:43:00 AM


Tuntutlah ilmu sampai ke negeri China
Begitulah pepatah mengatakan yang seakan-akan kalau kita menelaah dengan fikiran yang datar-datar saja, akan berarti di China itu sumbernya segala ilmu. Kata siapa?? Ilmu itu bisa kita dapatkan dimana saja. Everywhere, everyone, everytime (seperti semboyannya acara fear factor ya..=D). Di sekolah, di kampus, di tempat bekerja, di tempat berorganisasi, di tempat bermain, dan di mana pun kita berada. Cukup impas jika dikatakan, our life is knowledge, right??

Pastinya jika kita bisa mengambil pelajaran darinya. Artinya ilmu itu bisa kita dapatkan dimana saja asalkan kita mau untuk mencarinya. Mau untuk sedikit berfikir atas apa yang sebenarnya akan kita dapatkan jika melakukan sesuatu di tempat dimana ilmu itu berada. Jadi semuanya tergantung kita, kita dan kita. Bukankah apa yang kita cari itu pula yang akan kita dapatkan?? Jadi kalau mau dapat ilmu, ya dicari dulu toh. Baik itu mencarinya dari orang lain, atau mencari dengan mengambil hikmah atas apa yang telah kita perbuat, atau mungkin mencarinya dengan memahami tanda-tanda yang ada di alam semesta ini. Sungguh yang seperti itu jauh lebih baik jika kamu ingin menjadi orang yang beruntung.

Dan manusia sebagai warehouse dari ilmu tersebut, ada kalanya butuh untuk menyalurkan ilmu yang telah ia dapatkan. Tujuannya?? Ya tidak lain dan tidak bukan agar ilmunya berpindah ke warehouse yang lain. Sebentar, jangan-jangan ada yang tidak tahu dengan kata yang saya cetak miring itu ya. Baiklah baiklah. Warehouse jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia artinya gudang atau tempat penyimpanan. Nah, begitu pula manusia sebagai gudang atau tempat menyimpan ilmu. Ketika manusia berhasil mendapatkan ilmu yang ia cari, secara otomatis ilmu itu akan tersimpan di suatu tempat dalam dirinya. Betul, otak sebagai prossesor mempunyai peran penting dalam hal ini. Ilmu yang telah manusia dapatkan, kemudian ia kemas sedemikian sehingga tersimpan rapat-rapat dalam otak mereka. Yang nantinya oleh otak kemudian diekspresikan ke dalam suatu tindakan-tindakan yang dilakukan oleh tubuh manusia. Sesimpel itu.

Sebelumnya kita simak dahulu sepenggal cerita berikut ini.

Suatu ketika ada seorang sopir kendaraan umum sedang mengantarkan beberapa pasien gila. Tiba-tiba di tengah perjalanan, ban kendaraannya bocor. Akhirnya si sopir pun menghentikan kendaraannya dan berniat mengganti bannya dengan ban serep.
Namun, sang sopir tanpa sengaja menendang 4 buah baut ketika sedang akan mengganti bannya. Baut pun hilang keempat-empatnya. Pusing tujuh keliling sang sopir pun mengeluh.. "wah, gimana gue bisa masang ban nih kalau bautnya ilang semua gini.."
Salah satu dari pasien tiba-tiba menyaut, "eh, copotin aja satu-satu dari ban yang masih ada, ntar kalau nemu toko yang jual baut tinggal beli lagi bautnya.."
Si sopir nyaut lagi, "bener juga lu, eh, tapi kok lu bisa masuk rumah sakit jiwa sih??"
Sang pasien menjawab, "hellooooww.. gue ini memang gila, tapi gak bego kayak eluuuu.."

Hehehe.. jelas-jelas cerita seperti ini belum pernah terjadi alias fiktif.

Kembali ke masalah warehouse. Layaknya barang, ilmu pun kalau di simpan terus menerus (baca:ditimbun) tidak baik. Agama dan negara pun melarang seseorang atau beberapa orang untuk menimbun barang. Barang itu harus didistribusikan sehingga bisa dinikmati oleh konsumen yang membutuhkan. Begitu pula dengan ilmu. Barang saja tidak boleh ditimbun, apalagi ilmu. Harus bin wajib untuk di distribusikan seperti barang. Tentunya kepada setiap orang (selama orang tersebut masih membutuhkan ilmu). Sungguh sebuah harga mutlak bagi setiap orang untuk senantiasa mendistribusikan (baca:menyampaikan) ilmunya.

Masih ngeyel tidak mau menyampaikan ilmunya??. Hmmm.. Hati-hati, tidak lama lagi ilmu anda tidak akan lebih berharga dari seonggok sampah. Betapa tidak, coba bayangkan sebuah kentang. Kentang itu Anda simpan baik-baik di dalam lemari. Terus menerus anda simpan. Tak bisa dipungkiri lagi kentang itu lambat laun akan semakin membusuk dan benar-benar busuk. Siapa yang mau makan kentang busuk, kecuali Anda adalah seekor ayam. Tidak lain dan tidak bukan hampir sama berharganya dengan sampah. Kentang yang disimpan lama-kelamaan akan menjadi sampah. Mau ilmu Anda jadi sampah??

Logikanya, ketika ilmu itu hanya kita simpan baik-baik, tanpa kita amalkan apalagi tidak kita tularkan kepada orang lain, maka daya ingat kita akan ilmu itu lambat laun akan berkurang. Dan, jadilah ilmu itu kita lupakan. Paling banter hanya ingat "judul"nya saja. Berbeda kalau ilmu itu kita sampaikan kepada orang lain. Kita seperti mengasah ilmu kita agar ilmu yang ada di warehouse kita itu tetap selalu ada pada ingatan. Ibarat sebuah pisau yang diasah terus menerus akan semakin tajam. Pilih mana, pisau tajam atau kentang busuk?

Untuk itu, mengamalkan dan menularkan ilmu itu sebenarnya bukan sesuatu yang sulit. Bahkan sangat mudah sekali. Asal mau dan yakin kalau ilmu yang kita sampaikan itu akan bermanfaat kelak. Bagi kita dan bagi mereka yang telah kita tularkan ilmunya. Bayangkan saja jika setiap orang di dunia ini tidak mau untuk menyampaikan ilmunya. Perkembangan teknologi di dunia ini akan mandeg. Tidak hanya teknologi mungkin, semua aspek dan semua lini tak ubahnya hanyalah sesuatu yang jalan ditempat. Tidak ada pewaris yang sudah seharusnya meneruskan perjuangan-perjuangan orang-orang sebelumnya. Dan, orang-orang seperti itulah yang paling ditakutkan muncul di negeri ini. Tidak hanya di negara kita, bahkan di dunia. Dan boleh dikatakan mereka adalah satu faktor penyebab kehancuran peradaban di dunia. Jadi, masih mau menjadi sebuah kentang busuk?

Dan akhirnya, agama pun menyuruh kita untuk menyampaikan ilmu yang telah kita dapatkan. Salah satu investasi kita setelah kita meninggal dunia adalah ilmu yang bermanfaat. Ilmu yang selalu kita sampaikan manfaatnya ketika kita masih hidup di dunia. Hei, jangan salah, investasi untuk di akhirat jauh lebih menguntungkan daripada berinvestasi untuk di dunia. Maka, sampaikanlah walau hanya seayat, right??

You Might Also Like

3 comments

  1. jadi keinget film "Punk In Love"

    Quote : "Kejarlah Cinta sampai ke negeri Cina..." wettt...

    ReplyDelete
  2. Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a., dari Rasulullah saw. bersabda,

    "Barangsiapa ditanya tentang sebuah ilmu lalu ia menyembunyikannya, niscaya Allah akan mengikat mulutnya dengan tali kekang dari api neraka pada hari kiamat."

    ReplyDelete
  3. Menyampaikan ilmu adalah wajib, tidak diperbolehkan untuk menyembunyikannya. Akan tetapi hal itu dikhususkan bagi ahlinya (yang benar-benar menguasai), dan diperbolehkan orang bagi yang belum menguasai atau sering keliru, untuk menyembunyikannya.

    Walaupun menyampaikan ilmu itu wajib, maka itu hanya dibebankan pada mereka yang mampu, berilmu, dan benar-benar menguasai pokok persoalan yang hendak disampaikan/ditanyakan. Jadi, jangan sampai seseorang berfatwa dan berbicara tanpa landasan ilmu.

    ReplyDelete