Belajar Adil dari Penjual Ketoprak

11:04:00 PM

Sebenarnya bukan penjual ketopraknya yang adil, tapi karena perilaku yang ditunjukkan oleh mamang-mamang penjual ketoprak, ada satu hikmah yang pengen saya tonjolkan di sini, matematika mengajarkan untuk senantiasa berlaku adil. Kenapa?

Awalnya setelah isya, rutinitas untuk mencari seonggok makanan untuk memenuhi kebutuhan di malam hari adalah hal biasa bagi saya. Karena kangen dengan bumbu kacang khas ketoprak, segera meluncur ke tenda "Ketoprak khas Cirebon" depan apotik Generik, deket Benda 11, untuk membeli sebungkus ketoprak. Cukup bahagia karena gak seperti biasanya rame, kali itu cuman ada 2 orang duduk di bawah tendanya. Ekspektasi saya, wah pasti cepet deh ngelayaninnya.

Namun yang namanya ekspektasi tidak selalu sesuai dengan kenyataan, begitu lah hidup. Sedikitnya  orang yang menunggu pesanan ternyata tidak menjamin untuk sedikitnya pula waktu yang dibutuhkan untuk menunggu pesanan. Ini terbukti, untuk mamang-mamang ketoprak yang satu ini.

Sebut saja Mang Sigap (bukan nama sebenarnya). Saya sebut Sigap karena bener-bener sigap cara si mamang bikin ketopraknya. Gerakannya cepet betul, ngalahin cepetnya CR7 kali tuh. =D Apalagi pas nguleg, udah kayak pakai vibrator aja itu tangannya. hehehe. Konon, Mang Sigap ini orang Cirebon asli. Feeling aja sih, gak pernah nanya. Emang saya siapanya pake nanya-nanya segala. hehehe.

Model pelayanan ketoprak Mang Sigap ini ialah dengan cara membariskan sekitar 6-8 piring di gerobaknya untuk dibikinkan ketoprak di masing-masing piring sekali jalan. Begitu seterusnya tergantung berapa banyak orang yang mesan, tapi maksimal sekali jalan cuman bisa 8 piring.

Ketika itu terlihat yang dibariskan di gerobak cuma 3 piring, anggapan saya, bakal cepet ini. Tapi kenyataannya tidak. -__-" Satu per satu orang lain berdatangan hendak pesan ketoprak juga, agak lama sih sekitar 10-15 menitan setelah kedatangan saya. Hingga semua pesanan mereka dan saya sepertinya sudah mencapai maksimal pesanan sekali jalan. Benar saja, saya diikutkan dengan kloter mereka. Alamat semakin lama ini. Gak salah lagi, alias bener, saya kudu sabar menunggu.

Generally, proses pembuatan ketoprak ala Mang Sigap itu ada 5 proses. Pertama itu goreng tahu, ke-dua sambil nunggu tahu matang nguleg bumbu kacang, ke-tiga iris tahu dan lontong, ke-empat ngasih soun sama toge, terakhir ngasih kecap dan bawang goreng.

Saya saksikan dengan seksama bagaimana Mang Sigap melayani customernya, mencoba mencari sisi keadilannya. Proses demi proses disaksikan, ternyata masih belum nemu juga. Yo sing sabar. Ternyata Mang Sigap pake cara menyelesaikan satu proses dulu untuk semua piring dalam satu kloter, setelah itu lanjut ke proses berikutnya. Nyelesein nguleg 8 piring bumbu dulu baru ngiris-ngiris tahunya. Begitu seterusnya, hingga pada proses terakhir. Dengan lapang dada, saya pun harus menerima rangkaian proses tersebut hingga terbungkuslah ketoprak pesanan saya. Walaupun memang pesanan saya lebih dulu dibanding pemesan-pemesan yang lain, Mang Sigap ini saya rasa kurang adil dalam melayani pelanggannya, khususnya saya. Mengapa?

Jelas saja, saya yang datangnya 10-15 menit duluan atau bahkan 20 menit, dibanding mereka yang datang belakangan, harus menunggu sama-sama lamanya, atau ya selisihnya tidak lama, paling sekitar 1-3 menit setelah pesanan saya dibungkus. Jadi waktu saya menunggu bisa dibilang lebih lama dari mereka sekitar 9-17 menit. Itu kenapa saya bilang kurang adil.

Secara matematika, khususnya dalam teori antrian, yang begini ini sebenarnya bisa mengancam Mang Sigap akan eksistensi pelanggannya. Wajar sih, karena si mamang mungkin gak pernah belajar begituan. Tapi sebenarnya hal yang begitu itu, mudah lah yah buat mencari solusinya. Solusi supaya semua pelanggan punya waktu tunggu yang sama.

Mungkin dengan cara si pelanggan yang pertama datang itu diberikan perlakuan khusus terkait prosesnya. Misal pada proses ke-3, si pelanggan pertama diseleseaikan dulu sampai proses terakhir, hingga dibungkus, baru lanjut ke pelanggan berikutnya. Atau pada proses ke-sekian yang kira-kira waktu tunggu si pelanggan pertama itu hampir sama dengan pelanggan berikutnya dibelakan pelanggan pertama. Pake ilmu kira-kira aja, gak perlu belajar teori antrian. Dan rasa-rasanya Mang Sigap harusnya udah well experienced lah yah karena telah melayani ratusan pelanggan. Ribet ya? Nggak ah, anak-anak SD juga tau yang begituan. Tinggal bagaimana caranya merasakan apa yang orang lain rasakan.

Sungguh ini tulisan bukan untuk mencari-cari aib orang lain, dan mementingkan diri sendiri. Saya mah walaupun nggondok dikit, enjoy-enjoy aja kok nunggunya. Nah, kalau pelanggan lain yang gak enjoy, bisa berabe toh?

Yah, karena memang menjunjung tinggi keadilan itu sudah menjadi kewajiban manusia di muka bumi ini, right? =)

You Might Also Like

2 comments

  1. Bar kuwi penjual ketoprak nyanyi Letto... Kau datang dan pergi oh begitu saja semua kuterima apa adanya...

    ReplyDelete