"Sesungguhnya Manusia Dalam Keadaan Merugi, Kecuali..." Mari kita #salingmengingatkan #1

12:27:00 AM

Ini adalah edisi hashtag "saling mengingatkan" yang isinya ya hal-hal yang merujuk pada kegiatan saling mengingatkan *uopoo toh*. Wes pokmen ngono kuwi, cekidot.


Judul yang pake tanda petik itu rasanya sudah tidak asing ditelinga yah. Bener aja, itu kan terjemahan potongan surat Al-'Ashr. Surat yang waktu sekolah suka dibaca sebelum pulang. Surat yang (mungkin) sering dibaca ketika sholat yang lagi buru-buru =P. Maka dari itu saya dan anda pun percaya kita semua hafal surat ini. =D
Judul tersebut adalah terjemahan surat Al'Ashr ayat 2 yang nyambung ke ayat ke 3. Ayat ke dua berakhir dengan kata merugi, sedangkan ayat ke-3 diawali dengan kata "illa" atau berarti kecuali.
Kalau dulu waktu masih belajar ngaji sih katanya itu ayat 2 disunnahkan untuk di"washol"kan ke ayat 3. Alasannya, kalau kita berhenti di ayat 2 itu seperti kurang utuh atau kurang sempurna artinya. 

Memang sih kalau kita perhatikan baik-baik, kalau berhenti cuman sampai ayat 2 berasa gimanaaa gitu kan?

Bismillahirrohmaanirrohiim 1. "Demi Masa" 2. "Sesungguhnya manusia dalam keadaan merugi".

Nah kalau suratnya sampai disitu aja kan masa iya semua manusia itu rugi? Nah, di ayat berikutnya di lanjutkan dengan kata "kecuali bla bla bla...", yang mengandung maksud bahwa tidak semua manusia itu merugi. 

Ada 4 kriteria pengecualian manusia yang tidak termasuk manusia yang merugi, menurut surat Al'Ashr ini yang kesemuanya disampaikan pada ayat 3, yang terjemahannya:

3. "Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran"

1. Orang-orang yang beriman.
 Iman yang seperti apa sih yang membuat manusia itu tidak merugi? Ialah iman yang dibenarkan dengan hati, diucapkan dengan lisan, dan dibuktikan dengan amal perbuatan yang baik. Kalau hanya mengaku "saya beriman" itu tidak cukup dikatakan bahwa seseorang itu telah beriman. Kudu dibuktikan dengan pembenaran dalam hati juga. Kalau sudah dibenarkan dalam hati, dan sudah mengaku lewat ucapan bahwa "saya beriman" itu juga masih belum cukup, kudu dibuktikan dengan perbuatan-perbuatan yang mencerminkan kalau seseorang itu beriman. Nah, hal tersebut ditegaskan pada kriteria yang ke-2 pada ayat yang ke-3 ini, yaitu "mengerjakan amal sholeh".

2. Mengerjakan amal sholeh.
Pastiinya, mengerjakan amal sholeh merupakan salah satu perbuatan yang membuktikan bahwa seseorang itu beriman. Amal sholeh itu baik berupa ibadah-ibadah mahdhoh mapun ghoiru mahdhoh. Untuk ibadah-ibadah wajib, jelas, tak ada alasan untuk meninggalkannya. Namun harus disempurnakan juga dengan ibadah-ibadah sunnah, tentunnya dengan apa yang telah dituntunkan Rasulullah SAW. Berbuat baik kepada orang lain, itu salah satu ibadah ghoiru mahdhoh yang dituntukan oleh Rasulullah. Di satu pihak kita melakukan kebaikan untuk diri sendiri, itu pun tidak cukup, karena pada hakikatnya kita sebagai ummat islam itu saling bersaudara. Dan hendaknya sebagai saudara kita juga saling menasehati untuk kebaikan tersebut. Hal ini ditegaskan pada kriteria berikutnya.

3. Saling berwasiat/menasehati dalam kebaikan. 
Istilah kerennya "Amar ma'ruf, nahi munkar" atau dalam bahasa Indonesia artinya "Menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar". Ma'ruf  adalah segala perbuatan yang mendekatkan kita kepada Allah, sedangkan Munkar ialah segala perbuatan yang menjauhkan kita dari pada-Nya. Tentunya dalam kita menyampaikan sesuatu tersebut butuh ilmu terlebih dahulu supaya apa yang akan kita sampaikan benar benar menyeru kepada yang baik. Untuk itu mempelajari ilmu tentang kebenaran tersebut juga sangat diperlukan, terutama tentang ilmu agama. Pada prosesnya, tentu dalam menyampaikan kebajikan dan mencegah kemunkaran tersebut tidak semudah membalikkan telapak tangan. Terkadang menjumpai orang-orang yang tidak mempan kalau hanya disampaikan. Atau mungkin menjumpai suatu golongan yang semua orang-orangnya berbuat kemunkaran. Maka dari itu diperlukan kriteria terakhir ini, yaitu menasehati dengan kesabaran.

4. Saling berwasiat/menasehati dengan kesabaran.
Ketika kita menjumpai kemunkaran tentu tidak begitu saja mudah kita cegah. Tentu ada hal yang membuat kita kesulitan, bahkan hampir mustahil untuk mencegahnya. Untuk itu, sabar merupakan salah satu jalan dalam menghadapi fenomena tersebut. Setidaknya jika suatu golongan melakukan kemunkaran, kita tidak ikut duduk bersama mereka untuk melakukan kemunkaran pula. Atau ketika banyak orang melakukan sesuatu yang mendekati kemunkaran, setidaknya kita tidak ikut-ikut untuk melakukan sesuatu tersebut. Karena jika kita melakukan maka kita termasuk golongan mereka. Tentu saja banyak godaan godaan, apalagi di era sekarang ini, untuk berbuat munkar. Dan lagi-lagi, sabar menjadi pilihan utama untuk menghadapi godaan-godaan tersebut. Percayalah, bahwa sesungguhnya dibalik kesabaran tersebut terdapat nikmat yang tiada bandingnya. 

Nah, itu sedikit penjelasan tentang keempat kriteria orang-orang yang tidak merugi yang tercantum dalam surat Al'Ashr. Semuanya saling berhubungan dan saling mengaitkan. Sehingga keempat-empatnya memang harus dilakukan jika seseorang tersebut tidak mau dikatakan merugi. 

So, masih mau dikatakan manusia yang merugi? 
Semoga bermanfaat ya.. ^,^

You Might Also Like

4 comments

  1. 3. "Kecuali orang-orang yang 'beriman', kan? Pakai 'ber' bukan 'se'?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Tidak mungkin se-iman
      Karena Allah swt adalah tuhan bukan seorang hamba atau penyembah. Allah adalah yang disembah. Allah adalah yang harus diimani. Bukan Allah yang mengimani. Kalau se berarti sama sama mengimani.

      Delete