Begitu pun Aku Masih Mengharapkannya

1:26:00 PM

Setiap manusia pastilah punya keinginan dan cita-cita. Bermacam-macam keinginan dan bermacam-macam pula cita-cita yang mereka punya dan ingin diwujudkan. Tergantung orangnya. Ups, bukan tergantung, tapi bergantung pada orangnya. Dan tak elak pula keinginan itu bisa jadi sungguh hampir tidak terbatas. Ketika satu keinginan telah terwujud, keinginan-keinginan lain pun muncul. Seakan mencerminkan ketidak puasanmanusia akan sesuatu. Yah begitulah manusia. Tapi tak apa, justru dengan keinginan dan cita-cita tersebut jalan hidup manusia setidaknya lebih jelas dari pada tak punya keinginan. Lebih terarah dan efeknya lebih cepat untuk mencapai sesuatu.

Ibaratnya, ketika seseorang bersepeda. Dia tidak tahu kemana dia akan pergi. Walhasil, dia hanya mengayuh sepeda perlahan-lahan, dan mungkin hanya berputar-putar mengitari jalan raya. Berbeda dengan seseorang yang bersepeda tetapi ada tujuan yang akan dia tuju. Katakanlah seseorang tersebut ingin berangkat ke sekolah, dan harus sampai sekolah jam 7 pagi. Yang dia lakukan adalah mengayuh sepeda sekencang-kencangnya dan mengambil jalan terpendek untuk sampai di sekolah jam 7 atau kurang. Jelas terlihat berbeda bukan? Begitulah perumpamaannya orang yang punya tujuan (keinginan dan cita-cita, red) dan yang tak punya tujuan.

Saya sebagai manusia pada hakikatnya juga punya hal yang sama dengan manusia yang lain. Yups, keinginan dan cita-cita. Lebih tepat mungkin postingan ini adalah curahan hati a.k.a curhatan saya. Hehehe. Sedikit cerita tentang keinginan dan cita-cita saya ini. Tapi tetap akan saya batasi yah ranah ceritanya. "Privacy alert!!!" Hehehe.

Beberapa waktu yang lalu, mungkin hampir satu tahun yang lalu, goresan itu terbuat. Entah saya sebut apa, yang jelas itulah yang saya cita-citakan beberapa tahun ke depan. Tulisan yang mungkin membuat orang tersenyum tipis bahkan tertawa setelah melihat dan membacanya. Boleh jadi disebut target. Yah, target, cita-cita, atau tujuan, sebelas duabelas lah, hampir tak ada bedanya. Setidaknya saya tahu saya akan ngapain beberapa tahun mendatang dengan goresan itu. Dan saya akan selalu mengingat dan melihatnya sebelum tidur. Hehehe. Dan yang terpenting, usaha. Usaha untuk mewujudkannya akan otomatis muncul walau hanya dari secarik goresan itu. That's the miracle. Maka dari itu, nun wal qolami wamaa yasturuun.

Ada beberapa targetan yang harus saya capai untuk beberapa tahun ke depan. Sebut saja target jangka panjang dan target jangka pendek. Begitu saya menyebutnya. Dan dengan ilmu prioritas yang dimiliki, saya mencoba merealisasikan hal-hal tersebut. Dari A sampai Z kalau perlu akan saya coba. Demi apalagi kalau bukan untuk cita-cita tersebut. Demi harapan-harapan yang muncul saat menggoreskan tinta diatas secarik kertas itu. It's a hope, and I always hoping that.

Ada aral dan ada rintangan, sepatutnya memang harus hadir dalam setiap mewujudkan tujuan tersebut. Satu-persatu muncul sebagai tanda tak semudah membalikkan telapak tangan untuk mencapai sebuah tujuan. Sehingga harapan lah yang akan tetap setia menemani setiap perjuangan. Sepahit apapun kegagalan, seberat apapun rintangan, dan sekeras apapun cobaan, yang namanya harapan masih tetap ada toh? Mungkin waktunya saja yang belum tepat. Ah, tenang saja lah, insyaAllah jika diberikan umur panjang harapan itu pasti kesampean juga.

Begitulah orang kadang menghibur dirinya ketika sedang menghadapi kegagalan. Dan memang benar adanya seperti itu. Pasti itu. Pasti!!! Hanya lilin harapan lah yang akan terus menyala.


Dikisahkan sebuah cerita pendek. Tentang lima buah lilin menyala yang berada dalam sebuah ruang yang gelap. Lilin pertama berkata, "Aku adalah DAMAI, tapi, manusia tidak dapat menjagaku, banyak keonaran dimana-mana, jadi lebih baik aku mati saja". Lilin DAMAI pun perlahan-lahan padam. Kemudian lilin ke-dua berkata, "Akulah IMAN, ah, tapi manusia seringkali melupakanku sehingga aku diabaikan. lebih baik aku tidak ada saja". Lilin IMAN pun padam. Selanjutnya, lilin ke-tiga menyusul  berkata, "Aku adalah CINTA, hmmm, tapi kenapa masih banyak manusia yang saling membenci, aku seperti tidak berguna untuk mereka." perlahan lilin CINTA pun padam. Lilin ke-empat berkata, "Akulah SEMANGAT, tapi percuma saja, masih banyak yang mematahkanku, banyak manusia yang mudah menyerah." Lalu lilin SEMANGAT pun ikutan padam.
Tiba-tiba seorang bocah masuk ke ruang gelap tersebut, dan melihat keempat lilin yang padam. Sambil bersedih hati ia berkata "Kenapa kalian padam, saya kan takut kegelapan". Ia pun menangis tersedu-sedu.
Lantas lilin ke-lima berkata, "Jangan takut, jangan sedih, selama aku masih ada dan menyala, keempat lilin itu masih bisa dinyalakan." Karena akulah HARAPAN.
Kemudian sang bocah mengambil lilin ke-lima dan menyalakan keempat lilin lainnya. Dengan gembira sang bocah tersenyum melihat kelima lilin tersebut kembali menyala dan ruang tetap menjadi terang.

Begitulah, apa yang tak akan pernah mati adalah harapan dalam hati kita. Harapan untuk tetap survive dalam keadaan apapun. Bertahan walau aral, rintangan dan cobaan terus menghalangi kita.

Pada akhirnya, saya pun yakin (dan kita memang harus yakin) bahwa harapan itu akan terus ada. Sampai kapan? Sampai lilin itu habis. Sampai datang waktunya. Sampai akhirnya harapan itu datang menjadi kenyataan. Dan yang jadi tugas kita adalah bagaimana kita selalu bisa seperti sang bocah yang menyalakan keempat lilin yang padam.

Berharap, sangat boleh sekali. Asal berharaplah pada Yang Maha Mempunyai Harapan. InsyaAllah.

You Might Also Like

0 comments