Kalau Sudah Nikah, So What?
9:41:00 AM
Rasa-rasanya akhir-akhir ini sering singgung menyinggu masalah pernikahan. Mulai dari sering ditanya "kapan nikah?" sampai dibully karena status jomblo. Padahal ini kan belum lebaran. Kok ya pertanyaan-pertanyaan sakti itu terus menghantui?
Pertama, mungkin ini efek pasca penempatan. Menahan-nahan diri untuk tidak menikah selama satu tahun penempatan, berimbas pada saling kejar setoran untuk berbondong-bondong nyari pasangan setelah selesai penempatan. Ada yang langsung menikah. Ada yang dengan segera melamar anak orang. Ada yang sudah melakukan pembidikan. Ada juga yang masih setia menunggu dengan pasrah jodohnya datang. Saya? Jangan tanya lagi deh, tunggu aja tanggal mainnya!
Ke-dua, berada di lingkungan yang mayoritas sudah tidak lajang lagi membuat obrolan yang ada selalu menjurus ke situ. Iya, situ. Gak jarang juga kalau sudah mengarah ke situ, ujung-ujungnya berakhir dengan pembulian. Ya ya ya, seneng-seneng aja di-bully. Sambil memanjatkan do'a, ya Allah segerakan lah.
Ke-tiga, memang karena sudah masanya. Usia yang sudah tak muda lagi, ditambah wajah yang sudah mulai banyak keriput-keriputnya, membuat orang yang melihatnya sepertinya akan selalu membatin "ini orang kenapa gak nikah-nikah sih?". Tidak lama lagi berusia 25 tahun. "Rasulullah aja menikah umur 25, kamu kapan?". Ah, sudah lah. Lagi-lagi berdo'a, ya Allah, segerakanlah!
Bukannya tidak nyaman dengan kondisi ini, tapi tiba-tiba saja saya berfikiran, "Kalau sudah nikah, trus napa?". "Apa urusan anda menanyakan saya kapan nikah? Apa untungnya buat anda, hah? hah?" (ciyee, serem banget ngomongnya :D hahaha). Tenang aja, saya lagi gak marah kok. Cuman kayaknya, setiap orang yang ditanyain "Kapan nikah?" dalam hatinya mungkin akan ngegondok gitu. Iya kan? Syukur deh kalau gak. hehe
"Emangnya kalau udah nikah, terus rumah tangga elu yang urusin?", "Elu yang mau beliin rumah?". "Elu yang mau nyariin nafkah?". "Nggak kan? Yaudah!". Hehe. :D
Masalah jodoh ini emang sedikit banyak cukup menguras hati dan fikiran. Namanya manusia ya, sudah menjadi fitrahnya untuk berkeinginan mendapatkan pasangan hidupnya. Nah, dengan selalu melontarkan pertanyaan "Kapan nikah?" barangkali akan semaking menguras pikiran hati dan fikiran orang itu. Bagi orang kayak saya sih, santai aja. Orang masih muda dan ganteng juga (haiyahh). hahaha. :D
Kalau motivasi bertanya kayak gitu hanya untuk sekedar basa-basi, mending cari basa-basian yang lain aja deh. Apa lagi kalau maksudnya hanya untuk menertawakan. Nah, kalau mau buat becandaan, cari saat dan kalimat yang tepat untuk becandaannya. Ngapain sih nanya-nanya terus? Biar orangnya cepet nikah? Capek loh orang digituin terus. Lagian, orang yang belum nikah itu bukannya tidak mauBukankah lebih baik jika kita mendoakannya? Dijamin kalau didoain maka maunya ente biar orang itu cepet nikah akan semakin cepat terkabul, bukan gitu? Atau jangan-jangan ada maksud lain dibalik itu? Nah! :D
WAllahu a'lamu bisshowab.
Pertama, mungkin ini efek pasca penempatan. Menahan-nahan diri untuk tidak menikah selama satu tahun penempatan, berimbas pada saling kejar setoran untuk berbondong-bondong nyari pasangan setelah selesai penempatan. Ada yang langsung menikah. Ada yang dengan segera melamar anak orang. Ada yang sudah melakukan pembidikan. Ada juga yang masih setia menunggu dengan pasrah jodohnya datang. Saya? Jangan tanya lagi deh, tunggu aja tanggal mainnya!
Ke-dua, berada di lingkungan yang mayoritas sudah tidak lajang lagi membuat obrolan yang ada selalu menjurus ke situ. Iya, situ. Gak jarang juga kalau sudah mengarah ke situ, ujung-ujungnya berakhir dengan pembulian. Ya ya ya, seneng-seneng aja di-bully. Sambil memanjatkan do'a, ya Allah segerakan lah.
Ke-tiga, memang karena sudah masanya. Usia yang sudah tak muda lagi, ditambah wajah yang sudah mulai banyak keriput-keriputnya, membuat orang yang melihatnya sepertinya akan selalu membatin "ini orang kenapa gak nikah-nikah sih?". Tidak lama lagi berusia 25 tahun. "Rasulullah aja menikah umur 25, kamu kapan?". Ah, sudah lah. Lagi-lagi berdo'a, ya Allah, segerakanlah!
Bukannya tidak nyaman dengan kondisi ini, tapi tiba-tiba saja saya berfikiran, "Kalau sudah nikah, trus napa?". "Apa urusan anda menanyakan saya kapan nikah? Apa untungnya buat anda, hah? hah?" (ciyee, serem banget ngomongnya :D hahaha). Tenang aja, saya lagi gak marah kok. Cuman kayaknya, setiap orang yang ditanyain "Kapan nikah?" dalam hatinya mungkin akan ngegondok gitu. Iya kan? Syukur deh kalau gak. hehe
"Emangnya kalau udah nikah, terus rumah tangga elu yang urusin?", "Elu yang mau beliin rumah?". "Elu yang mau nyariin nafkah?". "Nggak kan? Yaudah!". Hehe. :D
Masalah jodoh ini emang sedikit banyak cukup menguras hati dan fikiran. Namanya manusia ya, sudah menjadi fitrahnya untuk berkeinginan mendapatkan pasangan hidupnya. Nah, dengan selalu melontarkan pertanyaan "Kapan nikah?" barangkali akan semaking menguras pikiran hati dan fikiran orang itu. Bagi orang kayak saya sih, santai aja. Orang masih muda dan ganteng juga (haiyahh). hahaha. :D
Kalau motivasi bertanya kayak gitu hanya untuk sekedar basa-basi, mending cari basa-basian yang lain aja deh. Apa lagi kalau maksudnya hanya untuk menertawakan. Nah, kalau mau buat becandaan, cari saat dan kalimat yang tepat untuk becandaannya. Ngapain sih nanya-nanya terus? Biar orangnya cepet nikah? Capek loh orang digituin terus. Lagian, orang yang belum nikah itu bukannya tidak mauBukankah lebih baik jika kita mendoakannya? Dijamin kalau didoain maka maunya ente biar orang itu cepet nikah akan semakin cepat terkabul, bukan gitu? Atau jangan-jangan ada maksud lain dibalik itu? Nah! :D
WAllahu a'lamu bisshowab.
0 comments