Nulis di saat "Belajar Nulis"
10:42:00 AM
Nah loh, bingung kan? Hahaha. Judulnya rada-rada beda sama judul-judul tulisan saya yang lain. Tapi tulisan ini keren loh, ditulis di saat belajar menulis. Kalau kata banyak orang sih emang belajar yang tepat untuk menulis adalah langsung menulis. Right? Lebih keren lagi, ditulis langsung diupload waktu itu juga, kayak streaming aja. Hahaha.
Singkat cerita, tulisan ini adalah produk pikiran saya ketika pak trainer menyuruh untuk menulis dengan beberapa intruksi tertentu. Ada 3 intruksi yang diberikan si bapak. Pertama, disuruh nulis tentang perpisahan seorang bapak angkat bernama pak Yusuf. Perintah kedua, audiens disuruh untuk memberikan pendapat tentang kurikulum 2013. Nah, intruksi terakhir yang rupanya cukup menguras pikiran audiens, termasuk saya dong ya, ialah membuat penghubung antara tulisan pertama dan kedua. Jadi penghubung ini diletakkan di antara tulisan pertama dan ke-dua.
Lucu? Pasti. Ngawur? Tentu. Yaudah lah, ini hasil tulisan saya yang merupakan salah satu kelucuan dari tulisan-tulisan para audiens. Hahaha. Cekidot ya.
Singkat cerita, tulisan ini adalah produk pikiran saya ketika pak trainer menyuruh untuk menulis dengan beberapa intruksi tertentu. Ada 3 intruksi yang diberikan si bapak. Pertama, disuruh nulis tentang perpisahan seorang bapak angkat bernama pak Yusuf. Perintah kedua, audiens disuruh untuk memberikan pendapat tentang kurikulum 2013. Nah, intruksi terakhir yang rupanya cukup menguras pikiran audiens, termasuk saya dong ya, ialah membuat penghubung antara tulisan pertama dan kedua. Jadi penghubung ini diletakkan di antara tulisan pertama dan ke-dua.
Lucu? Pasti. Ngawur? Tentu. Yaudah lah, ini hasil tulisan saya yang merupakan salah satu kelucuan dari tulisan-tulisan para audiens. Hahaha. Cekidot ya.
Bapak, saya tau saya tidak selamanya akan bersama dengan
bapak.
Sedih? Tentu. Karena engkau begitu berjasa dalam mendidik
dan merawat saya selama saya tak punya siapa-siapa.
Bahagia? Bisa jadi. Karena hidup saya harus berjalan ke
depan, dan mungkin inilah momen yang tepat untuk menjalankan masa depan saya.
Bapak, kesedihan akan perpisahan kita mungkin sedikit terobati
dengan apa yang akan saya lakukan untuk masa depan. Ada banyak pekerjaan yang
menuntut saya untuk “belajar merawat Indonesia”. Ialah kurikulum 2013 yang akan
menjadi ladang saya untuk meniti masa depan.
Kurikulum baru yang saat ini banyak jadi momok masyarakat. Kurikulum
yang sesungguhnya bisa jadi memberikan
efek yang sangat dahsyat bagi bangsa Indonesia. Kurikulum yang sejatinya
menjadi prototipe kurikulum-kurikulum masa depan. Karena itu pak, harapan besar
saya untuk dapat merawat Indonesia ada pada kurikulum 2013 ini. Mencoba
memahami, dan ya, setidaknya bisa ikut menyukseskan kiprahnya di belantika
pendidikan Indonesia. Dan semua itu butuh perjuangan pak. Saya rasa sebentar lagi
saya akan merasakan hal yang sama dengan apa yang bapak perjuangkan untuk
merawat dan mendidik saya. . . . .
Kurikulum 2013 menurut saya adalah kurikulum yang agak
dipaksakan ya. Terpaksa karena belum siap diluncurkan, eh, malah tahun ini juga
sudah resmi luncur. Walaupun ya memang belum sepenuhnya. Mungkin baru trial
saja. Persiapan yang belum lengkap seperti penyediaan buku, guru-guru yang
belum sepenuhnya memahami apa isi inti dari 2013 jadi salah satu contoh betapa
belum siapnya si kurikulum menjadi dasar bagi pendidikan di Indonesia ini.
Selain belum siap, rupa-rupanya kurikulum 2013 ini jadi modus proyek bagi
pemerintah, dalam hal ini adalah dinas pendidikan dan kebudayaan. Yah, mumpung
ada anggaran, kenapa tidak digunakan? Jadi aja, bikin program kerja yang penuh
keterpaksaan. Namun begitu, kalau dilihat dari esensi isi kurikulum 2013 ini
memang punya niat yang baik. Menggunakan tema sebagai inti pembelajaran siswa
di sekolah.
Gak lucu yah? Ya emang gitu sih. Hahaha.
Tapi yang penting mah nulis aja. Gak nulis gak seru bro! =D
0 comments