Menyesal Tiada Arah
5:43:00 PM
Ibaratnya beras yang sudah menjadi bubur yang tak akan pernah kembali menjadi nasi. Kalau sudah terjadi ya sudah terjadi. Tinggal bagaimana menjadikan si bubur tersebut menjadi bubur ayam spesial yang rasanya jauh lebih enak dari nasi. Nah, itulah permasalahannya.
Beberapa hari yang lalu sebuah "batu" besar menimpa kepala saya, tapi herannya kepala saya tidak benjut sama sekali. Kenapa ya? Hehehe. Ya karena batunya bukan batu betulan. Batu yang takkan melukai tubuh, tetapi fikiran yang terkena imbasnya. Batu yang tak sekeras besi, tetapi mampu menghantam otak saya sekeras baja. Batu yang tak setajam pisau, tetapi mampu menyayat hati (Bahasanya lebay betul yah. Hehehe). Begitulah batu itu, penuh kejutan dan misteri.
Teorema 1.1 Berhati-hatilah dengan lidahmu. Lidahmu adalah pedangmu.
Mungkin itu juga kalimat yang tepat untuk menggambarkan kenapa batu itu bisa menjatuhi saya (Hah? Lalu apa hubungannya pedang sama jatuh? =,=). Satu kalimat efeknya bisa berribu-ribu menit bahkan mungkin berribu-ribu hari (semoga tidak terjadi betulan). Hebat yah, bahkan samurai pun kalah. Coba gimana caranya jatuhin batu pake samurai? Hehehe. Ada-ada saja.
Menyesal, sudah pasti. Menyesal kenapa saya masak beras kebanyakan airnya. Hingga tadinya yang diinginkan nasi ternyata malah jadi bubur. Menyesal kenapa tiba-tiba lidah saya mendadak menjadi pedang. Yang akhirnya pedang tersebut menjatuhkan sebuah batu, dan batu itu menjatuhi diri saya. Wah, ini sih seperti kejahatan berrencana yah. Hehehe.
Ibarat seorang Shinigami dalam film animasi Bleach, sikap saya ketika itu seperti Ichigo (pemeran utama film Bleach) yang sedang berubah menjadi Hollow (hollowfication, red). Uncontrollable and unobservable (sudah kayak sistem kendali aja). Apa yang saya lakukan benar-benar di luar akal sehat, dan tanpa berfikir panjang. Yah, silahkan nonton Bleach kalau penasaran seperti apa Ichigo dalam bentuk Hollow.
Yang pada akhirnya saya merasa menjadi orang paling bersalah sedunia (dunia saya dan yang terkena salahnya). Salah karena telah menjadi seorang Hollow yang uncontrollable. Salah karena telah mengeluarkan pedang hingga tidak hanya saya saja yang tersakiti. Kalau saya mungkin mending hanya terkena batunya. Boleh jadi pedang yang telah keluar itu menyayat tubuh yang lain yang mungkin terasa lebih perih.
Definisi 1.2 Memohon maaf jika dan hanya jika memaafkan.
Karena itu definisi jadi tidak boleh disanggah ya. Hehehe.
Dan yang terakhir,
Teorema 1.3 Tambahkan bubur dengan kuah, kecap, ayam, kacang, dan bawang goreng maka jadilah bubur ayam.
Tak ada yang bisa memutar waktu, dan tak ada yang bisa mengembalikan bubur menjadi beras. Yang seharusnya difikirkan adalah bagaimana melanjutkan waktu yang terus berjalan dengan modal kuah, kecap, ayam, kacang, dan bawang goreng agar menjadi bubur ayam. Agar menjadi sesuatu yang lebih enak dimakan. Agar menjadi sesuatu yang lebih indah dari sebelumnya. Because life must go on. Semoga Dia memudahkan (dalam proses membuat bubur ayam tersebut) Hehehe.
Definisi 1.4 Semua akan indah pada waktunya.
Andai penyesalan datang di awal, mungkin seluruh orang di dunia tak akan pernah tau bagaimana rasanya menyesal. Sesungguhnya hikmah yang paling baik adalah hikmah di balik sebuah penyesalan. Semoga kita menjadi orang yang bijak dalam menyikapi penyesalan. Aamiin.
Berharap boleh, tapi berharaplah kepada Yang Maha Memberi Harapan.
Beberapa hari yang lalu sebuah "batu" besar menimpa kepala saya, tapi herannya kepala saya tidak benjut sama sekali. Kenapa ya? Hehehe. Ya karena batunya bukan batu betulan. Batu yang takkan melukai tubuh, tetapi fikiran yang terkena imbasnya. Batu yang tak sekeras besi, tetapi mampu menghantam otak saya sekeras baja. Batu yang tak setajam pisau, tetapi mampu menyayat hati (Bahasanya lebay betul yah. Hehehe). Begitulah batu itu, penuh kejutan dan misteri.
Teorema 1.1 Berhati-hatilah dengan lidahmu. Lidahmu adalah pedangmu.
Mungkin itu juga kalimat yang tepat untuk menggambarkan kenapa batu itu bisa menjatuhi saya (Hah? Lalu apa hubungannya pedang sama jatuh? =,=). Satu kalimat efeknya bisa berribu-ribu menit bahkan mungkin berribu-ribu hari (semoga tidak terjadi betulan). Hebat yah, bahkan samurai pun kalah. Coba gimana caranya jatuhin batu pake samurai? Hehehe. Ada-ada saja.
Menyesal, sudah pasti. Menyesal kenapa saya masak beras kebanyakan airnya. Hingga tadinya yang diinginkan nasi ternyata malah jadi bubur. Menyesal kenapa tiba-tiba lidah saya mendadak menjadi pedang. Yang akhirnya pedang tersebut menjatuhkan sebuah batu, dan batu itu menjatuhi diri saya. Wah, ini sih seperti kejahatan berrencana yah. Hehehe.
Ibarat seorang Shinigami dalam film animasi Bleach, sikap saya ketika itu seperti Ichigo (pemeran utama film Bleach) yang sedang berubah menjadi Hollow (hollowfication, red). Uncontrollable and unobservable (sudah kayak sistem kendali aja). Apa yang saya lakukan benar-benar di luar akal sehat, dan tanpa berfikir panjang. Yah, silahkan nonton Bleach kalau penasaran seperti apa Ichigo dalam bentuk Hollow.
Yang pada akhirnya saya merasa menjadi orang paling bersalah sedunia (dunia saya dan yang terkena salahnya). Salah karena telah menjadi seorang Hollow yang uncontrollable. Salah karena telah mengeluarkan pedang hingga tidak hanya saya saja yang tersakiti. Kalau saya mungkin mending hanya terkena batunya. Boleh jadi pedang yang telah keluar itu menyayat tubuh yang lain yang mungkin terasa lebih perih.
Definisi 1.2 Memohon maaf jika dan hanya jika memaafkan.
Karena itu definisi jadi tidak boleh disanggah ya. Hehehe.
Dan yang terakhir,
Teorema 1.3 Tambahkan bubur dengan kuah, kecap, ayam, kacang, dan bawang goreng maka jadilah bubur ayam.
Tak ada yang bisa memutar waktu, dan tak ada yang bisa mengembalikan bubur menjadi beras. Yang seharusnya difikirkan adalah bagaimana melanjutkan waktu yang terus berjalan dengan modal kuah, kecap, ayam, kacang, dan bawang goreng agar menjadi bubur ayam. Agar menjadi sesuatu yang lebih enak dimakan. Agar menjadi sesuatu yang lebih indah dari sebelumnya. Because life must go on. Semoga Dia memudahkan (dalam proses membuat bubur ayam tersebut) Hehehe.
Definisi 1.4 Semua akan indah pada waktunya.
Andai penyesalan datang di awal, mungkin seluruh orang di dunia tak akan pernah tau bagaimana rasanya menyesal. Sesungguhnya hikmah yang paling baik adalah hikmah di balik sebuah penyesalan. Semoga kita menjadi orang yang bijak dalam menyikapi penyesalan. Aamiin.
Berharap boleh, tapi berharaplah kepada Yang Maha Memberi Harapan.
1 comments
Welah, lagi bijaksana. Emang kamu kapan bikin buburnya? aku kok ndak dibagi???
ReplyDelete::SAPI::