Maybe Not You but I
2:02:00 PMHeart versus duty. Itu cerita yang terdahulu. Sekarang sudah ganti judulnya jadi, heart versus faith. Begitupun benang merahnya tetap sama. Dan dari dulu ceritanya selalu begitu. Ya beda dikit lah, sebelas duabelas. Agak aneh memang kalau saya pikir-pikir. Namun mau bagaimana lagi. Begitulah kisah, pasti ada klimaksnya.
Dikutip dari notes facebook beberapa tahun yang silam,
kurang lebih seperti inilah tulisannya,
Ini hanya suatu ungkapan dari orang bodoh yang sok jadi orang paling hebat..
Orang berwajah dua yang selalu iya disini dan tidak disana..
Orang yang hidup antara dua alam yang kontras berbeda..
Orang yang selalu berkutat dengan kebohongan sana sini..
Orang yang selalu dihantui oleh keberadaanya 'under the seal of silent'..
Pelik, ragu, dan sangat tidak bersahaja hidupnya..
Tempat yang ia duduki seperti kursi penuh duri panas yang takkan pernah membuat orang merasa ingin berlama-lama di situ..
Dan jeruji kayu disekitarnya membuat ia tak lepas dari bui keraguan..
Tidak lain dan tidak bukan, mudah ditebak siapa pelakunya.
Latar belakang saya dari seseorang yang biasa saja ternyata memang biasa-biasa saja. Biasa saja dalam mengambil pelajaran-pelajaran yang seharusnya saya petik dan saya ingat-ingat selalu. Biasa saja dalam memahami betapa menjadi seekor keledai benar-benar tidak mengenakkan. Biasa saja dalam memahami arti sebuah pendirian.
Satu langkah telah saya tempuh. Dan selalu saya coba untuk berdiri di sana. Langkah-langkah berikutnya pun dengan mudah mengikutinya. Berharap apa yang saya tempuh ini adalah yang tepat. Berdiri dan masih berdiri. Langkah saya pun berubah berlari. Semakin kencang dan kencang. Memang, angin dan badai hanya membuat tubuh sedikit tergoncang. Namun, ternyata kerikil yang saya abaikan berhasil menjatuhkan saya.
Hingga terbesit tanya di fikiran saya. Salahkah jalan yang saya ambil ini?
Kali ini mungkin hanya Tuhan yang tahu. Tiada yang tahu termasuk saya.
Hingga, kebahagiaan yang sesungguhnya seperti belum pernah ia sentuh setitik pun..
Deritanya sedikit demi sedikit mengendap yang pada akhirnya berujung pada penyesalan.."
Dan sekarang pun saya masih tersungkur. Mencoba kembali duduk dan berfikir. Langkah seperti apalagi yang harus saya tempuh. Saya tidak mungkin berbaring, dan hanya duduk terpaku. Bangun dan segera bangkit mencari cara terbaik. Cara untuk melanjutkan langkah yang sedikit terhalang kerikil.
Mungkin saya yang harus berubah. Bukan Tuhan, bukan dia, bukan pula mereka. Berubah menjadikan saya yang biasa saja menjadi yang luar biasa. Bukankah selalu kau perintahkan mereka untuk meneriakkan kata "luar biasa" di kelas? Berubah untuk membuat pijakan selanjutnya yang kuat. Berubah untuk mencari pendirian yang sebenarnya. Melanjutkan langkahku, langkahmu, dan langkah mereka.
Yeah, absolutely I have to change. Not you, Him, or them.
Bukankah positif itu tidak penting? Tapi sangat penting?
So keep be positive thinking guys..!! =))
1 comments
This comment has been removed by the author.
ReplyDelete