Terimakasih Telah Diperingatkan
3:17:00 AM
Hari ini mungkin menjadi hari yang susah untuk dilupakan. Pasalnya saya seperti ketiban durian runtuh dari atas (ya iya lah dari atas, masa dari bawah?). Kali ini duriannya benar-benar menimpa saya. Sakit? Pasti. Mau coba rasanya kejatuhan durian? Saya sarankan jangan. Tapi tetap saja, siapa juga yang tidak mau durian gratis? Langsung dari pohonnya pula. Hmmmmm.. Suueegerrrr rek. Jadi perlu disyukuri juga tu. Kapan lagi coba dapat durian gratis. Sakit dahulu baru senang kemudian =D
Sore itu seperti biasa, tuntutan pekerjaan yang mengharuskan saya berbagi ilmu kepada adik-adik nan imut. Entah mengapa saya tertimpa tragedi yang benar-benar membuat saya "senang". Tapi jangan salah, saya benar-benar senang tanpa tanda kutip lho. Alasannya? Ah, banyak. Mau tau?
Sebelumnya, saya beritahu dulu tragedi apa yang telah menimpa saya. Ialah terpeleset di jalan menggunakan sepeda motor. Alias terjatuh dari sepeda motor. Yeah, just a little accident. Sudah tahu hujan, jalanan licin, masih aja kenceng bawa motornya. Al hasil, saya pun senang. Alias terjatuh dengan senang. Kenapa senang, karena saya tidak mau sedih. Kalau saya mikir sedih nanti sedih beneran lho! Ya, kun fa yakun, jadilah maka terjadi, tidak ada yang bisa mengelakkan kalimat tersebut. Bim salabim, krosaaakkk. I felt. Tidak usah diceritakan seperti apa kejadiannya, cukup tau saja kalau saya senang. ^^,
Yang pertama, senang karena doa saya terkabul. Siapa coba yang tidak senang jika doanya terkabul. Iya, sudah jangan heran lagi. Betul-betul doa saya itu. Saya berdoa, semoga saya selalu diperingatkan agar selalu berada di jalan yang lurus. Maksudnya jalan yang lurus itu jalan yang diridhoi Allah tentunya. Dan, yap, fa yakun, saya diperingatkan lewat perantara hujan dan belalang tempur. Alhamdulillah. ^^,
Kedua, dapat kenalan baru. Nyambung urip alias memperpanjang tali silaturrahmi. Tentunya dengan orang-orang yang sudah memberikan saya first aid. Ialah mas-mas dan ibu yang kebetulan rumahnya berada dipinggir ring road dekat perempatan Monjali. Juga dengan bapak-bapak yang kebetulan lewat bersamaan dengan tragedi terjatuhnya saya. Sayangnya saya hanya sempat berkenalan dengan mas-mas yang kebetulan hampir seumuran dengan saya. Lebih tua dikit sih, mahasiswa UII angkatan 2006. Dan ternyata dunia memang tak selebar daun kelor, dia teman kakak angkatan saya waktu SMA. Tapi tenang, kan sudah tau rumahnya jadi kalau mau silaturrahim tinggal datang saja. Semakin panjang tali silaturrahmi insyaAllah semakin luas rezekinya. Aaaamiinn. ^^,
Ketiga, setidaknya saya tidak harus mengeluarkan banyak uang untuk bayar ke dokter karena saya sudah ditolong oleh teman-teman terbaik saya. Awalnya bingung karena tidak membawa ponsel, tapi si mas-mas yang baik hati itu meminjamkan ponselnya untuk menghubungi teman saya. Yang saya ingat ya hanya nomor si Faquh, sama dengan nomor saya tinggal ganti tiga nomor dibelakangnya saja. Dan, beruntung dia sedang luang dan berhasil menolong saya (thanks ya ceng... =D). Dibawalah saya ke apotik terdekat yang disarankan sama mas-masnya yang baik hati itu. Tapi apa daya tak ketemu jua. Ke apotik kentungan, di lempar ke kimia farma. Nah di sana lah sempat dinasehati oleh dokter dan resepsionis ikhwal saya harus ngapain dengan keadaan seperti ini. Akhirnya diputuskanlah ke GMC (Gadjahmada Medical Center) untuk diberikan penanganan yang ideal. Beruntung lagi GMC masih belum tutup. Dan, yah, dengan senang hati saya diberikan penanganan terbaik. Alhamdulillah. Eh iya, tambahan, ini juga termasuk beruntung. Awalnya saya kaget melihat si mas-mas GMCnya waktu mengeluarkan suntikan. Dikira mau disuntik, ternyata eh ternyata, hanya sebagai penyemprot untuk membersihkan kotoran-kotoran pada lukanya. Alhamdulillah. ^^,
Keempat, tidak bawa ponsel ternyata membawa keberuntungan bagi saya. Ponselnya kan jadi tidak rusak. Padahal itu juga bukan ponsel saya. Bisa kena marah nanti sama yang punya. Berawal dari pagi dimana saya seperti terlupa atau bagaimana untuk membuka ponsel saya. Alias saya cuekin seharian. Sampai akhirnya sore itu, saya pun lupa membawa ke tempat kerja. Sebenarnya saya sempat teringat sepintas ketika di perjalanan sebelum kejadian. Kalau-kalau saya tidak bawa ponsel saya tidak bisa menghubungi orang-orang terdekat saya jika saya butuh apa-apa. Mau bagaimana lagi, masa saya harus balik lagi sementara sudah dikejar waktu. Dan, yah, Alhamdulillah ponselnya terselamatkan. ^^,
Terakhir, kelima nih. Saya senang karena saya mendapatkan keempat kesenangan di atas. Mungkin ini berkah di hari Jum'at. Bagaimana tidak, saya bisa kembali menciptakan tren positif yang belakangan ini susah saya dapatkan. Sebenarnya tidak sulit kok, sangat mudah, bahkan lebih mudah dari membalikkan telapak tangan. Hanya saja kemauan itu yang terkadang menghambat kita untuk selalu berfikir positif. Mau atau tidak. Hanya itu pilihannya. Peluangnya sama-sama 50%. Tapi keuntungannya sangat jauh sekali bedanya. Jika mau maka 1000%, jika tidak maka 1%. Seribu banding satu. Apalagi jika fikiran positif itu berhasil diubah menjadi tindakan yang positif. Keuntungannya berlipat-lipat. Siapa coba yang tidak senang mendapat keuntungan yang berlipat-lipat. Celakalah kaum tersebut.
Akhirnya, semuanya perlu dan butuh untuk disyukuri. Apapun keadaanya. Saya tidak bosan-bosannya menulis tentang syukur ini karena saya ingin saya dan para pembaca sekalian mendapatkan nikmat yang berlipat-lipat (untuk kali ini saya harap nikmat yang berlipat-lipat itu adalah kesembuhan. Amiinn..). Syukur-syukur kalau nikmatnya dalam bentuk rezeki. InsyaAllah, rezeki yang seperti itu halalan toyyiban. Sebaliknya, saya tidak ingin saya dan para pembaca sekalian menjadi orang yang kufur, orang yang tidak pernah berterimakasih kepada Tuhannya atas nikmat yang telah diperoleh. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?
Sore itu seperti biasa, tuntutan pekerjaan yang mengharuskan saya berbagi ilmu kepada adik-adik nan imut. Entah mengapa saya tertimpa tragedi yang benar-benar membuat saya "senang". Tapi jangan salah, saya benar-benar senang tanpa tanda kutip lho. Alasannya? Ah, banyak. Mau tau?
Sebelumnya, saya beritahu dulu tragedi apa yang telah menimpa saya. Ialah terpeleset di jalan menggunakan sepeda motor. Alias terjatuh dari sepeda motor. Yeah, just a little accident. Sudah tahu hujan, jalanan licin, masih aja kenceng bawa motornya. Al hasil, saya pun senang. Alias terjatuh dengan senang. Kenapa senang, karena saya tidak mau sedih. Kalau saya mikir sedih nanti sedih beneran lho! Ya, kun fa yakun, jadilah maka terjadi, tidak ada yang bisa mengelakkan kalimat tersebut. Bim salabim, krosaaakkk. I felt. Tidak usah diceritakan seperti apa kejadiannya, cukup tau saja kalau saya senang. ^^,
Yang pertama, senang karena doa saya terkabul. Siapa coba yang tidak senang jika doanya terkabul. Iya, sudah jangan heran lagi. Betul-betul doa saya itu. Saya berdoa, semoga saya selalu diperingatkan agar selalu berada di jalan yang lurus. Maksudnya jalan yang lurus itu jalan yang diridhoi Allah tentunya. Dan, yap, fa yakun, saya diperingatkan lewat perantara hujan dan belalang tempur. Alhamdulillah. ^^,
Kedua, dapat kenalan baru. Nyambung urip alias memperpanjang tali silaturrahmi. Tentunya dengan orang-orang yang sudah memberikan saya first aid. Ialah mas-mas dan ibu yang kebetulan rumahnya berada dipinggir ring road dekat perempatan Monjali. Juga dengan bapak-bapak yang kebetulan lewat bersamaan dengan tragedi terjatuhnya saya. Sayangnya saya hanya sempat berkenalan dengan mas-mas yang kebetulan hampir seumuran dengan saya. Lebih tua dikit sih, mahasiswa UII angkatan 2006. Dan ternyata dunia memang tak selebar daun kelor, dia teman kakak angkatan saya waktu SMA. Tapi tenang, kan sudah tau rumahnya jadi kalau mau silaturrahim tinggal datang saja. Semakin panjang tali silaturrahmi insyaAllah semakin luas rezekinya. Aaaamiinn. ^^,
Ketiga, setidaknya saya tidak harus mengeluarkan banyak uang untuk bayar ke dokter karena saya sudah ditolong oleh teman-teman terbaik saya. Awalnya bingung karena tidak membawa ponsel, tapi si mas-mas yang baik hati itu meminjamkan ponselnya untuk menghubungi teman saya. Yang saya ingat ya hanya nomor si Faquh, sama dengan nomor saya tinggal ganti tiga nomor dibelakangnya saja. Dan, beruntung dia sedang luang dan berhasil menolong saya (thanks ya ceng... =D). Dibawalah saya ke apotik terdekat yang disarankan sama mas-masnya yang baik hati itu. Tapi apa daya tak ketemu jua. Ke apotik kentungan, di lempar ke kimia farma. Nah di sana lah sempat dinasehati oleh dokter dan resepsionis ikhwal saya harus ngapain dengan keadaan seperti ini. Akhirnya diputuskanlah ke GMC (Gadjahmada Medical Center) untuk diberikan penanganan yang ideal. Beruntung lagi GMC masih belum tutup. Dan, yah, dengan senang hati saya diberikan penanganan terbaik. Alhamdulillah. Eh iya, tambahan, ini juga termasuk beruntung. Awalnya saya kaget melihat si mas-mas GMCnya waktu mengeluarkan suntikan. Dikira mau disuntik, ternyata eh ternyata, hanya sebagai penyemprot untuk membersihkan kotoran-kotoran pada lukanya. Alhamdulillah. ^^,
Keempat, tidak bawa ponsel ternyata membawa keberuntungan bagi saya. Ponselnya kan jadi tidak rusak. Padahal itu juga bukan ponsel saya. Bisa kena marah nanti sama yang punya. Berawal dari pagi dimana saya seperti terlupa atau bagaimana untuk membuka ponsel saya. Alias saya cuekin seharian. Sampai akhirnya sore itu, saya pun lupa membawa ke tempat kerja. Sebenarnya saya sempat teringat sepintas ketika di perjalanan sebelum kejadian. Kalau-kalau saya tidak bawa ponsel saya tidak bisa menghubungi orang-orang terdekat saya jika saya butuh apa-apa. Mau bagaimana lagi, masa saya harus balik lagi sementara sudah dikejar waktu. Dan, yah, Alhamdulillah ponselnya terselamatkan. ^^,
Terakhir, kelima nih. Saya senang karena saya mendapatkan keempat kesenangan di atas. Mungkin ini berkah di hari Jum'at. Bagaimana tidak, saya bisa kembali menciptakan tren positif yang belakangan ini susah saya dapatkan. Sebenarnya tidak sulit kok, sangat mudah, bahkan lebih mudah dari membalikkan telapak tangan. Hanya saja kemauan itu yang terkadang menghambat kita untuk selalu berfikir positif. Mau atau tidak. Hanya itu pilihannya. Peluangnya sama-sama 50%. Tapi keuntungannya sangat jauh sekali bedanya. Jika mau maka 1000%, jika tidak maka 1%. Seribu banding satu. Apalagi jika fikiran positif itu berhasil diubah menjadi tindakan yang positif. Keuntungannya berlipat-lipat. Siapa coba yang tidak senang mendapat keuntungan yang berlipat-lipat. Celakalah kaum tersebut.
Akhirnya, semuanya perlu dan butuh untuk disyukuri. Apapun keadaanya. Saya tidak bosan-bosannya menulis tentang syukur ini karena saya ingin saya dan para pembaca sekalian mendapatkan nikmat yang berlipat-lipat (untuk kali ini saya harap nikmat yang berlipat-lipat itu adalah kesembuhan. Amiinn..). Syukur-syukur kalau nikmatnya dalam bentuk rezeki. InsyaAllah, rezeki yang seperti itu halalan toyyiban. Sebaliknya, saya tidak ingin saya dan para pembaca sekalian menjadi orang yang kufur, orang yang tidak pernah berterimakasih kepada Tuhannya atas nikmat yang telah diperoleh. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?
0 comments