333 Sudah Ngapain Aja??
12:19:00 AM
Tanggal 18 Januari 2011, tepat Kabupaten Brebes sedang merayakan hari jadinya yang ke-333. Umur yang bisa dibilang sudah tak muda lagi. Umur yang seharusnya sudah bisa menampakkan kedewasaan sebagai salah satu Kabupaten yang mempunyai potensi besar di Jawa Tengah. Umur yang semestinya sudah mampu berlari jauh meninggalkan yang lain. Umur yang sudah sewajarnya mampu memberikan kesejahteraan bagi setiap rakyatnya.
Berbagai doa dan harapan pun muncul satu persatu di permukaan sebagai wujud cinta kepada Kota kelahiran sendiri. Ada yang mengharapkan perbaikan di sektor pemerintahan dan pendidikan. Ada yang berharap Brebes menjadi Kabupaten yang lebih maju dari sebelum-sebelumnya. Ada pula yang menginginkan Brebes memperbaiki infrastruktur-infrastruktur yang boleh dikatakan kurang layak untuk digunakan dan dibandingkan dengan Kota-kota yang lain. Bahkan mungkin ada yang berharap kemajuan di sektor ekonomi supaya kesejahteraan rakyat meningkat. Sektor kesehatan dan pelayanan masyarakat yang lebih baik pun tak luput dari harapan-harapan itu. Intinya, semua elemen Kabupaten Brebes ini mengharapkan sebuah perbaikan, perbaikan dan perbaikan.
Yups, orang yang lebih baik dari hari kemarin adalah orang yang beruntung, orang yang sama dengan dengan hari kemarin adalah orang yang merugi, dan orang yang lebih buruk dari hari kemarin adalah orang yang celaka. Seakan kalimat itulah yang mendasari berbagai harapan di atas. Siapa coba orang yang menginginkan menjadi orang merugi, bahkan celaka? Begitu pula untuk Kabupaten Brebes ini. Warga mana yang menginginkan tanah kelahirannya menjadi tanah yang penuh kerugian bahkan celaka? Semua mengharap keberuntungan. Semua mengharapkan Kabupaten Brebes yang lebih baik. Dan kembali lagi, perbaikan, perbaikan dan perbaikan. Sekali lagi, perbaikan! Setegas itu.
Tidak ada yang salah memang dari kata perbaikan. Bahkan sangat mulia. Harapan-harapan yang telah dikemas dalam doa-doa yang sangat mulia itu seperti halnya unek-unek warga Kabupaten Brebes akan rindunya kepada kejayaan tanah kelahiran mereka. Kejayaan yang bisa membawa rakyatnya lebih sejahtera dan makmur. Kejayaan yang bisa membuat Kabupaten Brebes menjadi kawah candradimuka di antara Kota-kota lain di Jawa Tengah. Kejayaan yang bisa menjadikan warga Brebes semakin cinta dengan Kotanya sendiri. Dan tidak ada kalimat lain, perbaikan menuju kejayaan. Itulah sebenarnya yang mereka inginkan.
Coba kita tilik sedikit ke belakang. Banyak sekali mungkin kejadian-kejadian, ataupun keadaan-keadaan yang terjadi di Kabupaten Brebes ini yang masih jauh kalau kita kaitkan dengan kata kejayaan. Yang simpel saja, infrastruktur, seperti ruas jalan di jalur Pantura yang banyak berlubang dan jauh dari kata layak. Demo para tenaga pengajar yang menandakan bahwa kemakmuran para tenaga pendidik masih kurang dari cukup. Ditambah lagi proyek-proyek besar pembangunan yang telah diagendakan selama ini lebih pantas disebut sebagai ladang para koruptor. Yang paling mengironiskan, saat sekarang ini roda pemerintahan Kabupaten dipegang oleh Wakil Bupati. Dan masih banyak tragedi-tragedi yang akhir-akhir ini terjadi yang menandakan sinyal keterpurukan akan muncul di permukaan. Sungguh yang demikian patut kita sayangkan, khususnya sebagai warga Brebes.
Sehingga inilah saat yang tepat. Saat dimana banyak elemen-elemen yang mengharapkan akan kejayaan Kabupaten Brebes. Saat dimana mimpi untuk menjadi Kabupaten Brebes yang telah dicita-citakan oleh pendahulu-pendahulu mereka seakan-akan kembali on fire. Saat dimana rindu akan masa keemasan Kabupaten Brebes yang diidam-idamkan setiap warga brebes kembali menguak di fikiran mereka. Inilah waktu yang tepat untuk bangkit dari keterpurukan. Sudahlah, tidak usah gengsi mengatakan kalau Brebes sedang terpuruk. Maaf, saya ralat, Brebes sedang sangat terpuruk. Sekali lagi, sangat!!!
Dan tidak ada pilihan lain selain bangkit dari masa yang sulit ini. Bangkit dari keterpurukan stadium tinggi ini merupakan harga mutlak bagi Kabupaten Brebes jika tidak ingin ketinggalan dengan Kabupaten bahkan Kota-kota lain di Jawa Tengah atau mungkin di seluruh Jawa. Bangun dari tidurnya, dan melakukan berbagai manuver-manuver dahsyat yang bisa mengembalikan masa kejayaan Kabupaten Brebes. Brebes tidak boleh terus-menerus jongkok, sementara yang lain sudah berlari. Brebes harus tancap gas menyusul rekan-rekannya yang sudah mendahuluinya. Tidak ada tapi tapi, dan tidak ada nanti nanti.
Inilah saat yang tepat, dimana semangat yang begitu menggelora ditunjukkan oleh satu persatu masyarakat Brebes yang sedang rindu akan kejayaan. Saat dimana keadaan yang sedang on fire mereka tunjukkan dalam rangka mengembalikan semangat juang masyarakat akan kemajuan Kabupaten Brebes. Dan semangat inilah yang sebenarnya sangat dibutuhkan. Semangat yang pada dasarnya tumbuh dari rasa kecintaan akan tanah kelahiran tercinta. Semangat di tahun jadinya yang ke-333 Kabupaten Brebes bersamaan dengan tragedi-tragedi yang sungguh tidak diinginkan segenap masyarakat Brebes terjadi akhir-akhir ini. Semangat dimana masyarakat Brebes benar-benar membutuhkan revolusi besar-besaran. Bukankah revolusi itu terjadi berawal dari sebuah keterpurukan?? Jadi, tunggu apalagi.
Dan akhirnya, setiap masyarakat Kabupaten Brebes sendiri inilah yang menjadi kunci utama terjadinya revolusi ini, terlepas dari Pemerintah Daerah yang memegang kendali penuh pemerintahan. Setiap yang besar berawal dari yang kecil. Revolusi yang besar, berawal dari revolusi yang kecil, tidak lain dan tidak bukan adalah revolusi oleh diri sendiri. Sudahkah diri ini memantaskan diri menjadi sosok yang bermanfaat bagi Kabupaten Brebes? Atau, jangan-jangan cinta yang telah ditunjukkan itu hanya cinta monyet? Menuntut kesejahteraan, sementara diri ini tidak pernah mencoba untuk mensejahterakan tanah kelahirannya sendiri? Menuntut seabrek hak, tapi lupa akan kewajibannya sendiri? Pemerintah percuma saja mengambil kebijakan ini itu tanpa adanya dukungan dari masyarakat setempat.
Dan bagi Pemerintah Daerah sendiri, jangan senang dulu karena barusan saya belain, tapi mbok ya sadar. Kalau sudah tau masyarakatnya tercetak watak seperti itu, masih saja pakai cara lama. Realistis memang boleh, sangat disarankan malah. Tapi jangan terlalu kebablasan, hingga berubah menjadi maniak pragmatisme. Cobalah membuat manuver-manuver anyar yang bisa, ya setidaknya, sedikit merubah dan menyadarkan masyarakatnya. Helloooww, Pemerintah punya banyak anggaran toh? Daripada bingung cara menghabiskannya bagaimana, mending untuk mikir dan merealisasikan bagaimana mengubah pragmatis menjadi patriotis. Hey, jangan terlalu terlena dengan zona nyaman! Itu menyesatkan! Sekali lagi, menyesatkan! Keluar dari zona nyaman, kemudian action! Itu akan jauh lebih baik. Sadarkanlah rakyatmu! Atau, jangan-jangan diri sendiri juga belum sadar? Hmmmm.. Kalau itu beda cerita. Ganti aja semua orang-orangnya! Kita tidak butuh orang gila (baca: tidak sadar). Kita butuh orang yang sadar saja!
Dan pada akhirnya, semua hanya bisa tercipta dengan adanya action. Action yang ditunjukkan oleh segenap warga Kabupaten Brebes. Baik Pemerintah Daerah maupun masyarakatnya. Sebuah harapan tanpa pengamalan, sama halnya dengan bunyi genderang saja, hanya bisa membisingkan keadaan tanpa merubah keadaan. Mimpi tanpa sebuah realisasi, hanya akan jadi mimpi semalaman saja. Dan di tahun ke-333 ini rasanya begitu tepat jika action-action yang dibutuhkan tersebut segera diwujudkan, siap?? Segera!!
Berbagai doa dan harapan pun muncul satu persatu di permukaan sebagai wujud cinta kepada Kota kelahiran sendiri. Ada yang mengharapkan perbaikan di sektor pemerintahan dan pendidikan. Ada yang berharap Brebes menjadi Kabupaten yang lebih maju dari sebelum-sebelumnya. Ada pula yang menginginkan Brebes memperbaiki infrastruktur-infrastruktur yang boleh dikatakan kurang layak untuk digunakan dan dibandingkan dengan Kota-kota yang lain. Bahkan mungkin ada yang berharap kemajuan di sektor ekonomi supaya kesejahteraan rakyat meningkat. Sektor kesehatan dan pelayanan masyarakat yang lebih baik pun tak luput dari harapan-harapan itu. Intinya, semua elemen Kabupaten Brebes ini mengharapkan sebuah perbaikan, perbaikan dan perbaikan.
Yups, orang yang lebih baik dari hari kemarin adalah orang yang beruntung, orang yang sama dengan dengan hari kemarin adalah orang yang merugi, dan orang yang lebih buruk dari hari kemarin adalah orang yang celaka. Seakan kalimat itulah yang mendasari berbagai harapan di atas. Siapa coba orang yang menginginkan menjadi orang merugi, bahkan celaka? Begitu pula untuk Kabupaten Brebes ini. Warga mana yang menginginkan tanah kelahirannya menjadi tanah yang penuh kerugian bahkan celaka? Semua mengharap keberuntungan. Semua mengharapkan Kabupaten Brebes yang lebih baik. Dan kembali lagi, perbaikan, perbaikan dan perbaikan. Sekali lagi, perbaikan! Setegas itu.
Tidak ada yang salah memang dari kata perbaikan. Bahkan sangat mulia. Harapan-harapan yang telah dikemas dalam doa-doa yang sangat mulia itu seperti halnya unek-unek warga Kabupaten Brebes akan rindunya kepada kejayaan tanah kelahiran mereka. Kejayaan yang bisa membawa rakyatnya lebih sejahtera dan makmur. Kejayaan yang bisa membuat Kabupaten Brebes menjadi kawah candradimuka di antara Kota-kota lain di Jawa Tengah. Kejayaan yang bisa menjadikan warga Brebes semakin cinta dengan Kotanya sendiri. Dan tidak ada kalimat lain, perbaikan menuju kejayaan. Itulah sebenarnya yang mereka inginkan.
Coba kita tilik sedikit ke belakang. Banyak sekali mungkin kejadian-kejadian, ataupun keadaan-keadaan yang terjadi di Kabupaten Brebes ini yang masih jauh kalau kita kaitkan dengan kata kejayaan. Yang simpel saja, infrastruktur, seperti ruas jalan di jalur Pantura yang banyak berlubang dan jauh dari kata layak. Demo para tenaga pengajar yang menandakan bahwa kemakmuran para tenaga pendidik masih kurang dari cukup. Ditambah lagi proyek-proyek besar pembangunan yang telah diagendakan selama ini lebih pantas disebut sebagai ladang para koruptor. Yang paling mengironiskan, saat sekarang ini roda pemerintahan Kabupaten dipegang oleh Wakil Bupati. Dan masih banyak tragedi-tragedi yang akhir-akhir ini terjadi yang menandakan sinyal keterpurukan akan muncul di permukaan. Sungguh yang demikian patut kita sayangkan, khususnya sebagai warga Brebes.
Sehingga inilah saat yang tepat. Saat dimana banyak elemen-elemen yang mengharapkan akan kejayaan Kabupaten Brebes. Saat dimana mimpi untuk menjadi Kabupaten Brebes yang telah dicita-citakan oleh pendahulu-pendahulu mereka seakan-akan kembali on fire. Saat dimana rindu akan masa keemasan Kabupaten Brebes yang diidam-idamkan setiap warga brebes kembali menguak di fikiran mereka. Inilah waktu yang tepat untuk bangkit dari keterpurukan. Sudahlah, tidak usah gengsi mengatakan kalau Brebes sedang terpuruk. Maaf, saya ralat, Brebes sedang sangat terpuruk. Sekali lagi, sangat!!!
Dan tidak ada pilihan lain selain bangkit dari masa yang sulit ini. Bangkit dari keterpurukan stadium tinggi ini merupakan harga mutlak bagi Kabupaten Brebes jika tidak ingin ketinggalan dengan Kabupaten bahkan Kota-kota lain di Jawa Tengah atau mungkin di seluruh Jawa. Bangun dari tidurnya, dan melakukan berbagai manuver-manuver dahsyat yang bisa mengembalikan masa kejayaan Kabupaten Brebes. Brebes tidak boleh terus-menerus jongkok, sementara yang lain sudah berlari. Brebes harus tancap gas menyusul rekan-rekannya yang sudah mendahuluinya. Tidak ada tapi tapi, dan tidak ada nanti nanti.
Inilah saat yang tepat, dimana semangat yang begitu menggelora ditunjukkan oleh satu persatu masyarakat Brebes yang sedang rindu akan kejayaan. Saat dimana keadaan yang sedang on fire mereka tunjukkan dalam rangka mengembalikan semangat juang masyarakat akan kemajuan Kabupaten Brebes. Dan semangat inilah yang sebenarnya sangat dibutuhkan. Semangat yang pada dasarnya tumbuh dari rasa kecintaan akan tanah kelahiran tercinta. Semangat di tahun jadinya yang ke-333 Kabupaten Brebes bersamaan dengan tragedi-tragedi yang sungguh tidak diinginkan segenap masyarakat Brebes terjadi akhir-akhir ini. Semangat dimana masyarakat Brebes benar-benar membutuhkan revolusi besar-besaran. Bukankah revolusi itu terjadi berawal dari sebuah keterpurukan?? Jadi, tunggu apalagi.
Dan akhirnya, setiap masyarakat Kabupaten Brebes sendiri inilah yang menjadi kunci utama terjadinya revolusi ini, terlepas dari Pemerintah Daerah yang memegang kendali penuh pemerintahan. Setiap yang besar berawal dari yang kecil. Revolusi yang besar, berawal dari revolusi yang kecil, tidak lain dan tidak bukan adalah revolusi oleh diri sendiri. Sudahkah diri ini memantaskan diri menjadi sosok yang bermanfaat bagi Kabupaten Brebes? Atau, jangan-jangan cinta yang telah ditunjukkan itu hanya cinta monyet? Menuntut kesejahteraan, sementara diri ini tidak pernah mencoba untuk mensejahterakan tanah kelahirannya sendiri? Menuntut seabrek hak, tapi lupa akan kewajibannya sendiri? Pemerintah percuma saja mengambil kebijakan ini itu tanpa adanya dukungan dari masyarakat setempat.
Dan bagi Pemerintah Daerah sendiri, jangan senang dulu karena barusan saya belain, tapi mbok ya sadar. Kalau sudah tau masyarakatnya tercetak watak seperti itu, masih saja pakai cara lama. Realistis memang boleh, sangat disarankan malah. Tapi jangan terlalu kebablasan, hingga berubah menjadi maniak pragmatisme. Cobalah membuat manuver-manuver anyar yang bisa, ya setidaknya, sedikit merubah dan menyadarkan masyarakatnya. Helloooww, Pemerintah punya banyak anggaran toh? Daripada bingung cara menghabiskannya bagaimana, mending untuk mikir dan merealisasikan bagaimana mengubah pragmatis menjadi patriotis. Hey, jangan terlalu terlena dengan zona nyaman! Itu menyesatkan! Sekali lagi, menyesatkan! Keluar dari zona nyaman, kemudian action! Itu akan jauh lebih baik. Sadarkanlah rakyatmu! Atau, jangan-jangan diri sendiri juga belum sadar? Hmmmm.. Kalau itu beda cerita. Ganti aja semua orang-orangnya! Kita tidak butuh orang gila (baca: tidak sadar). Kita butuh orang yang sadar saja!
Dan pada akhirnya, semua hanya bisa tercipta dengan adanya action. Action yang ditunjukkan oleh segenap warga Kabupaten Brebes. Baik Pemerintah Daerah maupun masyarakatnya. Sebuah harapan tanpa pengamalan, sama halnya dengan bunyi genderang saja, hanya bisa membisingkan keadaan tanpa merubah keadaan. Mimpi tanpa sebuah realisasi, hanya akan jadi mimpi semalaman saja. Dan di tahun ke-333 ini rasanya begitu tepat jika action-action yang dibutuhkan tersebut segera diwujudkan, siap?? Segera!!
0 comments