Yup, salah satu judul lagu daerah Papua yang ngetren dengan tarian khasnya. Banyak versi yang dinyanyikan oleh berbagai penyanyi. Terus, kenapa Sajojo? Akhir-akhir ini semenjak ice breaking di kelas yang diiringi lagu Sajojo, entah kenapa rating Sajojo di mata teman-teman angkatan V melonjak drastis. Ditandai dengan seringnya dilantunkan lirik "Sajojo, sajojo. . .", dan diputarnya mp3 Sajojo, lagu yang khas dengan jogetannya itu...
Kalau biasanya postingan dengan label kultwit itu menampilkan kuliah tweet orang, kali ini edisi perdana yang ditampilkan adalah kultwit saya sendiri. Hehehe. Dari judulnya bisa ditebak lah mau ngebahas apa. Intinya, jangan merasa pantas, sebelum memantaskan diri. ^_^ Cekidot nih. Memantaskan diri itu penting! Bahkan lebih penting dari mencari jodoh! Memantaskan diri dalam hal apapun. Itu pentingnya sama kayak makan pas lagi laper banget! ...
Jangan kaget dulu ya karena ngliat kata terakhir judul di atas. Saya bukan pengguna obat-obat terlarang! Sekali lagi saya tegaskan saya bukan pengguna! Terus maksudnya "sakau" apa? Itu hanya kiasan saja bro. Kiasan sebagai efek mabok training dan workshop menulis. Gimana gak mabok, trainingnya 2 hari, dan kalau ditotal jam efektif trainingnya sebanyak 12 jam! Belum pernah terjadi dalam hidup saya. Jadi aja "sakau".
Maksudnya "sakau" itu kurang lebih ya ketagihan lah. Kalau para pengguna obat-obatan terlarang lagi sakau itu kan kurang lebih dia lagi butuh mengkonsumsi obatnya. Kalau nggak dipenuhi kebutuhannya, maka dia akan menunjukkan sikap khas orang sakau, tau sendiri lah yah kayak bagaimana. Hopeless gimanaa gitu. Kayak orang nggak punya gairah hidup. Hehe. Tapi yang saya maksud bukan sikap khasnya itu. Yang saya maksud "sakau" di sini adalah rasa ingin lagi dan lagi yang selalu ditunjukkan oleh orang sakau beneran.
Ya, lagi-lagi karena training menulis dua hari berturut-turut oleh pak Yusuf Maulana yang bener-bener membuat pesertanya dimabuk kepayang oleh menulis. Betapa tidak, entah pakai aji-aji mandra guna apa tu pak Yusuf, yang jelas semenjak training tersebut intensitas untuk menulis meningkat! Ibaratnya sehari tanpa nulis itu rasanya hampa, dan ada rasa bersalah dalam hati. Oh tidaaak. Seperti kena santet aja. :O
Tapi ya gak masalah sih, justru santet yang seperti ini adalah santet yang syariah, dan sakau yang penuh faedah. Hahaha. Syariah karena semakin banyak menulis, semakin bisa menebarkan manfaat kan? Dan penuh faedah karena kredibilitas untuk menuangkan gagasan makin naik levelnya. Sesuatu yang patut disyukuri loh. :-)
Semoga semangat "sakau" ini akan terus ada, dan nggak musiman kayak duren. -_- Katanya mau jadi penulis? Katanya mau nerbitin buku? Nggak masalah blogmu mau dilihat berapa orang pun, yang penting istiqomah nulis, nulis dan nulis. Ntar juga banyak orang yang lihat blogmu. Kuncinya, KONSISTEN! Tersesat boleh. Tapi syaratnya, tersesatlah di jalan yang benar. Hehehe. =D
Semoga bermanfaat ya... ^_^
Maksudnya "sakau" itu kurang lebih ya ketagihan lah. Kalau para pengguna obat-obatan terlarang lagi sakau itu kan kurang lebih dia lagi butuh mengkonsumsi obatnya. Kalau nggak dipenuhi kebutuhannya, maka dia akan menunjukkan sikap khas orang sakau, tau sendiri lah yah kayak bagaimana. Hopeless gimanaa gitu. Kayak orang nggak punya gairah hidup. Hehe. Tapi yang saya maksud bukan sikap khasnya itu. Yang saya maksud "sakau" di sini adalah rasa ingin lagi dan lagi yang selalu ditunjukkan oleh orang sakau beneran.
Ya, lagi-lagi karena training menulis dua hari berturut-turut oleh pak Yusuf Maulana yang bener-bener membuat pesertanya dimabuk kepayang oleh menulis. Betapa tidak, entah pakai aji-aji mandra guna apa tu pak Yusuf, yang jelas semenjak training tersebut intensitas untuk menulis meningkat! Ibaratnya sehari tanpa nulis itu rasanya hampa, dan ada rasa bersalah dalam hati. Oh tidaaak. Seperti kena santet aja. :O
Tapi ya gak masalah sih, justru santet yang seperti ini adalah santet yang syariah, dan sakau yang penuh faedah. Hahaha. Syariah karena semakin banyak menulis, semakin bisa menebarkan manfaat kan? Dan penuh faedah karena kredibilitas untuk menuangkan gagasan makin naik levelnya. Sesuatu yang patut disyukuri loh. :-)
Semoga semangat "sakau" ini akan terus ada, dan nggak musiman kayak duren. -_- Katanya mau jadi penulis? Katanya mau nerbitin buku? Nggak masalah blogmu mau dilihat berapa orang pun, yang penting istiqomah nulis, nulis dan nulis. Ntar juga banyak orang yang lihat blogmu. Kuncinya, KONSISTEN! Tersesat boleh. Tapi syaratnya, tersesatlah di jalan yang benar. Hehehe. =D
Semoga bermanfaat ya... ^_^
Sudah bukan rahasia lagi bagi kita jika Indonesia mempunyai kualitas pendidikan dengan kategori yang rendah dibanding negara-negara Asia lainnya sekaliber Cina, Korea, ataupun Jepang. Berbagai indikator yang menunjukkan rendahnya kualitas pendidikan kita telah ditunjukkan para peneliti di Indonesia, baik dari segi manajemen sistem sampai produk pendidikan itu sendiri. Sehingga mau mengelak bagaimana pun juga, faktanya memang menunjukkan hal seperti itu. Tentunya banyak hal...
Nah loh, bingung kan? Hahaha. Judulnya rada-rada beda sama judul-judul tulisan saya yang lain. Tapi tulisan ini keren loh, ditulis di saat belajar menulis. Kalau kata banyak orang sih emang belajar yang tepat untuk menulis adalah langsung menulis. Right? Lebih keren lagi, ditulis langsung diupload waktu itu juga, kayak streaming aja. Hahaha.
Singkat cerita, tulisan ini adalah produk pikiran saya ketika pak trainer menyuruh untuk menulis dengan beberapa intruksi tertentu. Ada 3 intruksi yang diberikan si bapak. Pertama, disuruh nulis tentang perpisahan seorang bapak angkat bernama pak Yusuf. Perintah kedua, audiens disuruh untuk memberikan pendapat tentang kurikulum 2013. Nah, intruksi terakhir yang rupanya cukup menguras pikiran audiens, termasuk saya dong ya, ialah membuat penghubung antara tulisan pertama dan kedua. Jadi penghubung ini diletakkan di antara tulisan pertama dan ke-dua.
Lucu? Pasti. Ngawur? Tentu. Yaudah lah, ini hasil tulisan saya yang merupakan salah satu kelucuan dari tulisan-tulisan para audiens. Hahaha. Cekidot ya.
Singkat cerita, tulisan ini adalah produk pikiran saya ketika pak trainer menyuruh untuk menulis dengan beberapa intruksi tertentu. Ada 3 intruksi yang diberikan si bapak. Pertama, disuruh nulis tentang perpisahan seorang bapak angkat bernama pak Yusuf. Perintah kedua, audiens disuruh untuk memberikan pendapat tentang kurikulum 2013. Nah, intruksi terakhir yang rupanya cukup menguras pikiran audiens, termasuk saya dong ya, ialah membuat penghubung antara tulisan pertama dan kedua. Jadi penghubung ini diletakkan di antara tulisan pertama dan ke-dua.
Lucu? Pasti. Ngawur? Tentu. Yaudah lah, ini hasil tulisan saya yang merupakan salah satu kelucuan dari tulisan-tulisan para audiens. Hahaha. Cekidot ya.
Bapak, saya tau saya tidak selamanya akan bersama dengan
bapak.
Sedih? Tentu. Karena engkau begitu berjasa dalam mendidik
dan merawat saya selama saya tak punya siapa-siapa.
Bahagia? Bisa jadi. Karena hidup saya harus berjalan ke
depan, dan mungkin inilah momen yang tepat untuk menjalankan masa depan saya.
Bapak, kesedihan akan perpisahan kita mungkin sedikit terobati
dengan apa yang akan saya lakukan untuk masa depan. Ada banyak pekerjaan yang
menuntut saya untuk “belajar merawat Indonesia”. Ialah kurikulum 2013 yang akan
menjadi ladang saya untuk meniti masa depan.
Kurikulum baru yang saat ini banyak jadi momok masyarakat. Kurikulum
yang sesungguhnya bisa jadi memberikan
efek yang sangat dahsyat bagi bangsa Indonesia. Kurikulum yang sejatinya
menjadi prototipe kurikulum-kurikulum masa depan. Karena itu pak, harapan besar
saya untuk dapat merawat Indonesia ada pada kurikulum 2013 ini. Mencoba
memahami, dan ya, setidaknya bisa ikut menyukseskan kiprahnya di belantika
pendidikan Indonesia. Dan semua itu butuh perjuangan pak. Saya rasa sebentar lagi
saya akan merasakan hal yang sama dengan apa yang bapak perjuangkan untuk
merawat dan mendidik saya. . . . .
Kurikulum 2013 menurut saya adalah kurikulum yang agak
dipaksakan ya. Terpaksa karena belum siap diluncurkan, eh, malah tahun ini juga
sudah resmi luncur. Walaupun ya memang belum sepenuhnya. Mungkin baru trial
saja. Persiapan yang belum lengkap seperti penyediaan buku, guru-guru yang
belum sepenuhnya memahami apa isi inti dari 2013 jadi salah satu contoh betapa
belum siapnya si kurikulum menjadi dasar bagi pendidikan di Indonesia ini.
Selain belum siap, rupa-rupanya kurikulum 2013 ini jadi modus proyek bagi
pemerintah, dalam hal ini adalah dinas pendidikan dan kebudayaan. Yah, mumpung
ada anggaran, kenapa tidak digunakan? Jadi aja, bikin program kerja yang penuh
keterpaksaan. Namun begitu, kalau dilihat dari esensi isi kurikulum 2013 ini
memang punya niat yang baik. Menggunakan tema sebagai inti pembelajaran siswa
di sekolah.
Gak lucu yah? Ya emang gitu sih. Hahaha.
Tapi yang penting mah nulis aja. Gak nulis gak seru bro! =D
Kalau notes saya yang dulu http://www.facebook.com/note.php?note_id=83095968538 yang berjudul semangat = bensin ??, bertanya, bagaimana menemukan kembali semangat seperti semudah membeli bensin, mungkin di notes ini adalah salah satu jawabannya... Orang terkadang tidak tahu mengapa dirinya itu bisa menjadi on fire. Dan boleh dikata, ketika seseorang sedang semangat-semangatnya percaya gak percaya berarti dia sedang menemukan kebahagiaannya saat itu juga. Tidak percaya? Buktikan sendiri...!!! Sehingga pada intinya, jika ingin kita...