Pernah mendengar lagu "Balonku"? Sebagian besar orang pasti pernah. Ketika kita kecil hampir setiap anak pernah mendengar dan mendendangkan lagu yang berjudul balonku tersebut. Begini liriknya.
Ups, tunggu dulu, dan ternyata bahkan lagu itu tidak hanya disukai oleh anak kecil, dewasa pun sering menyanyikannya. Namun bukan sebagai lagu yang menggambarkan kegembiraan, tetapi untuk mengungkapkan sindiran. Entah ini sebuah kebetulan atau apa, rupa-rupanya meletusnya balon warna hijau telah menandakan meletusnya "balon" hijau yang lain. Masih ingat dengan berbagai kasus meledaknya tabung gas 3kg di tahun 2010?? Apa warna tabung gas tersebut?? Tidak lain dan tidak bukan adalah warna hijau. Dan meletus "balon" hijau, dorrrr. Masyarakat kaget, pemerintahpun panik. Rupa-rupanya insting anak kecil begitu tajam ya. Hehe... Tenang saja, itu hanya joke.
Mari kita ke ranah persoalan yang sebenarnya. Lepas dari maraknya kasus meledaknya tabung gas warna hijau di media, rupa-rupanya sekarang timbul permasalahan baru. Namun mungkin baru saya yang menyadarinya. Betapa tidak, beberapa hari silam saya sempat dijengkelkan oleh si tabung hijau tersebut (sabar mas sabar!!!). Awalnya saya memang senang berhasil mengisi ulang si tabung setelah berputar-putar sekitar tempat tinggal saya sejauh 2 kilometer. Entah mengapa hari itu begitu langka yang masih menjual isi gas. Setiap warung yang saya temui semua tabung hijau tak bersegel, artinya habis. Barulah setelah saya menemukan warung grosir sembako di sekitar jalan Affandi saya dapatkan juga si ijo. Bahagianya.
Namun keadaan berbalik 180 derajat ketika saya akan memasang tabung ke regulator kompor gas. Sempat direpotkan akan kesulitan memasang regulator, ditambah lagi ternyata gasnya gak mau masuk ke selang yang dihubungkan oleh si regulator. Sehingga timbul bunyi seperti ban bocor, menandakan ada gas yang keluar ke udara.
Bingo. Sudah seperti yang saya duga. Saya sudah mengira sebelumnya hal ini akan terjadi. Pasalnya, beberapa bulan silam saya pernah mengalami hal yang sama menggunakan regulator yang sama pula. Dan tilik punya tilik ternyata penyebab utamanya adalah si balon hijau. Hmmm.. Nggak bosan-bosannya ya nyari gara-gara. Ternyata dan ternyata yang membuat si gas tidak mau masuk ke regulator adalah karena cincin karet yang ada di ujung lubang tabung gas yang sepertinya abal-abal. Asal ada karetnya tidak tahu dapat berfungsi dengan baik atau tidak tabung hijau dianggap layak dijual. Mau jadi apa Negara ini??
Untungnya ketika itu saya sudah mengantisipasi kejadian tersebut dengan menyimpan cincin karet yang masih berfungsi dengan baik. Barulah saya lepas si karet abal-abal yang ada di ujung lubang "balon" hijau itu lalu menukarnya dengan yang tidak abal-abal. Dan, yah, saya bisa masak-masak lagi.
Sungguh sebuah keadaan yang sangat disayangkan sekali. Mengingat bahwa Pemerintah selalu menggembar-gemborkan kepada rakyatnya bahwa bersikaplah profesional dalam menyikapi dan mematuhi aturan-aturan yang ada. Masih ingat ketika maraknya meletusnya si "balon hijau" banyak sekali demo-demo cara memasang tabung gas yang baik dan benar. Ditambah lagi masyarakat di haruskan membeli produk yang berlabel SNI yang konon harganya lebih mahal dari yang tidak ber SNI. Dari media cetak sampai media visual dimana-mana menyeru tentang bagaimana caranya supaya masyarakat melakukan safety installation ikhwal tabung gas tersebut. Tapi kenyataanya, Pemerintah saja belum bisa professional sepenuhnya.
Bayangkan saja sudah dua kali saya menjumpai kasus cincin karet tabung hijau tidak bekerja dengan baik. Yang pertama saya jumpai karet cincinnya keropos, atau terlalu lentur yang mungkin menyebabkan gas tidak bisa tertutup rapat di dalam tabung. Yang kedua, saya menjumpai si cincin seperti bukan terbuat dari karet. Keras dan sangat tidak elastis. Pantas saja gasnya bisa keluar. Dan pasti orang-orang yang lain pun saya yakin setidaknya ada lebih dari satu orang yang bernasib dengan saya. Bahkan mungkin sebagian besar dari mereka. Wah, bisa jadi kasus lagi nih kalau ternyata dengan tidak berfungsi dengan baiknya si cincin karet terjadi tragedi yang tidak diinginkan layaknya meletus "balon hijau". Mungkin ini sepele, tapi ingat, segala yang besar berasal dari yang kecil, berawal dari yang sepele. Lalu, Pemerintah mau menyalahkan siapa lagi kalau benar-benar terjadi lagi hal yang tidak diinginkan?
Mungkin inilah koreksi bagi Pemerintah sebagai pihak yang berwenang menangani hal ini. Saya tahu, rumput pun tahu pemerintah memang punya banyak kepentingan yang lebih penting dari sekedar memikirkan masalah seperti ini, kecil bin sepele. Tapi mbok ya tolong konsisten. Menyuruh yang lain untuk profesional sedangkan ianya sendiri masih belum profesional. Sangat kontras terlihat. Hey, jangan salah, profesionalitas juga menyangkut pelayanan terhadap baiknya si cincin karet. Profesional juga berarti harus perfeksionis. Sempurna dalam melayani, dan sempurna dalam memberikan pelayanan. Toh apa susahnya juga sih membuat si cincin dengan bahan yang bagus sehingga dapat berfungsi dengan baik??? Terkendala masalah modal??? Lalu dana yang sudah dianggarkan dibawa kemana??? Sudahlah, rakyat ini bosan mendengar alasan-alasan yang tidak masuk akal. Semua hanya akan masuk lewat telinga kiri keluar lewat telinga kanan. Yang masuk akal saja bosan, apalagi yang tidak. Daripada memikirkan alasan untuk berdalih, mending memikirkan bagaimana caranya membuat rakyat sejahtera. Akur kan?
Satu solusi lagi, supaya tidak meletus lagi, ganti saja warnanya dengan warna orange. Supaya balonku tidak meletus lagi. Hahahaha... ^^,
Balonku ada limaKira-kira begitulah lirik yang sering anak kecil dendangkan. Dari dahulu semenjak kita kecil sampai sekarang kita sudah tidak kecil lagi, lagu tersebut masih laku oleh anak-anak.
Rupa rupa warnanya
Hijau, kuning kelabu, merah muda dan biru
Meletus balon hijau, dorr
Hatiku sangat kacau
Balonku tinggal empat
Kupegang erat-erat
Ups, tunggu dulu, dan ternyata bahkan lagu itu tidak hanya disukai oleh anak kecil, dewasa pun sering menyanyikannya. Namun bukan sebagai lagu yang menggambarkan kegembiraan, tetapi untuk mengungkapkan sindiran. Entah ini sebuah kebetulan atau apa, rupa-rupanya meletusnya balon warna hijau telah menandakan meletusnya "balon" hijau yang lain. Masih ingat dengan berbagai kasus meledaknya tabung gas 3kg di tahun 2010?? Apa warna tabung gas tersebut?? Tidak lain dan tidak bukan adalah warna hijau. Dan meletus "balon" hijau, dorrrr. Masyarakat kaget, pemerintahpun panik. Rupa-rupanya insting anak kecil begitu tajam ya. Hehe... Tenang saja, itu hanya joke.
Mari kita ke ranah persoalan yang sebenarnya. Lepas dari maraknya kasus meledaknya tabung gas warna hijau di media, rupa-rupanya sekarang timbul permasalahan baru. Namun mungkin baru saya yang menyadarinya. Betapa tidak, beberapa hari silam saya sempat dijengkelkan oleh si tabung hijau tersebut (sabar mas sabar!!!). Awalnya saya memang senang berhasil mengisi ulang si tabung setelah berputar-putar sekitar tempat tinggal saya sejauh 2 kilometer. Entah mengapa hari itu begitu langka yang masih menjual isi gas. Setiap warung yang saya temui semua tabung hijau tak bersegel, artinya habis. Barulah setelah saya menemukan warung grosir sembako di sekitar jalan Affandi saya dapatkan juga si ijo. Bahagianya.
Namun keadaan berbalik 180 derajat ketika saya akan memasang tabung ke regulator kompor gas. Sempat direpotkan akan kesulitan memasang regulator, ditambah lagi ternyata gasnya gak mau masuk ke selang yang dihubungkan oleh si regulator. Sehingga timbul bunyi seperti ban bocor, menandakan ada gas yang keluar ke udara.
Bingo. Sudah seperti yang saya duga. Saya sudah mengira sebelumnya hal ini akan terjadi. Pasalnya, beberapa bulan silam saya pernah mengalami hal yang sama menggunakan regulator yang sama pula. Dan tilik punya tilik ternyata penyebab utamanya adalah si balon hijau. Hmmm.. Nggak bosan-bosannya ya nyari gara-gara. Ternyata dan ternyata yang membuat si gas tidak mau masuk ke regulator adalah karena cincin karet yang ada di ujung lubang tabung gas yang sepertinya abal-abal. Asal ada karetnya tidak tahu dapat berfungsi dengan baik atau tidak tabung hijau dianggap layak dijual. Mau jadi apa Negara ini??
Untungnya ketika itu saya sudah mengantisipasi kejadian tersebut dengan menyimpan cincin karet yang masih berfungsi dengan baik. Barulah saya lepas si karet abal-abal yang ada di ujung lubang "balon" hijau itu lalu menukarnya dengan yang tidak abal-abal. Dan, yah, saya bisa masak-masak lagi.
Sungguh sebuah keadaan yang sangat disayangkan sekali. Mengingat bahwa Pemerintah selalu menggembar-gemborkan kepada rakyatnya bahwa bersikaplah profesional dalam menyikapi dan mematuhi aturan-aturan yang ada. Masih ingat ketika maraknya meletusnya si "balon hijau" banyak sekali demo-demo cara memasang tabung gas yang baik dan benar. Ditambah lagi masyarakat di haruskan membeli produk yang berlabel SNI yang konon harganya lebih mahal dari yang tidak ber SNI. Dari media cetak sampai media visual dimana-mana menyeru tentang bagaimana caranya supaya masyarakat melakukan safety installation ikhwal tabung gas tersebut. Tapi kenyataanya, Pemerintah saja belum bisa professional sepenuhnya.
Bayangkan saja sudah dua kali saya menjumpai kasus cincin karet tabung hijau tidak bekerja dengan baik. Yang pertama saya jumpai karet cincinnya keropos, atau terlalu lentur yang mungkin menyebabkan gas tidak bisa tertutup rapat di dalam tabung. Yang kedua, saya menjumpai si cincin seperti bukan terbuat dari karet. Keras dan sangat tidak elastis. Pantas saja gasnya bisa keluar. Dan pasti orang-orang yang lain pun saya yakin setidaknya ada lebih dari satu orang yang bernasib dengan saya. Bahkan mungkin sebagian besar dari mereka. Wah, bisa jadi kasus lagi nih kalau ternyata dengan tidak berfungsi dengan baiknya si cincin karet terjadi tragedi yang tidak diinginkan layaknya meletus "balon hijau". Mungkin ini sepele, tapi ingat, segala yang besar berasal dari yang kecil, berawal dari yang sepele. Lalu, Pemerintah mau menyalahkan siapa lagi kalau benar-benar terjadi lagi hal yang tidak diinginkan?
Mungkin inilah koreksi bagi Pemerintah sebagai pihak yang berwenang menangani hal ini. Saya tahu, rumput pun tahu pemerintah memang punya banyak kepentingan yang lebih penting dari sekedar memikirkan masalah seperti ini, kecil bin sepele. Tapi mbok ya tolong konsisten. Menyuruh yang lain untuk profesional sedangkan ianya sendiri masih belum profesional. Sangat kontras terlihat. Hey, jangan salah, profesionalitas juga menyangkut pelayanan terhadap baiknya si cincin karet. Profesional juga berarti harus perfeksionis. Sempurna dalam melayani, dan sempurna dalam memberikan pelayanan. Toh apa susahnya juga sih membuat si cincin dengan bahan yang bagus sehingga dapat berfungsi dengan baik??? Terkendala masalah modal??? Lalu dana yang sudah dianggarkan dibawa kemana??? Sudahlah, rakyat ini bosan mendengar alasan-alasan yang tidak masuk akal. Semua hanya akan masuk lewat telinga kiri keluar lewat telinga kanan. Yang masuk akal saja bosan, apalagi yang tidak. Daripada memikirkan alasan untuk berdalih, mending memikirkan bagaimana caranya membuat rakyat sejahtera. Akur kan?
Satu solusi lagi, supaya tidak meletus lagi, ganti saja warnanya dengan warna orange. Supaya balonku tidak meletus lagi. Hahahaha... ^^,